Tuesday 12 June 2018

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA (TERAPI LINGKUNGAN)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Manusia sering tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulusu psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberi dampak baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang.
Lingkungan dan situasi rumah sakit yang asing serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gan gguan fisik dan gangguan mental. Lingkungan tersebut akan berpengaruh pula pada proses perawatan di rumah sakit, hal ini pada akhirnya akan menentukan keberhasilan perawatan dan pengobatan.
Adanya kecenderungan lingkungan rumah sakit menjadi stressor bagi pasien seperti banyaknya keluhan masyarakat yang menyatakan rumah sakit bau alkohol, bau darah, bau obat, semrawut, dengan lalu lalang pengnjung dan petugas kesehatan, warna yang monoton, udara yang terbatas, dan limbah medis yang berbahaya. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan penyuluhan pasien, dimana pasien yang sedang sakit membutuhkan suasana yang nyaman, sejuk, aman terhindar dari kebisingan, terhindar dari rasa sakit yang berlebihan, mendapatkan bau yang nyaman serta terhindar dari lalu lalang, karena pasien yang sedang mengalami kelemahan fisik dan kerusakan sel-sel tubuh membutuhkan waktu istirahat yang berfungsi untuk pemulihan dan proses poliferasi sel yang rusak. Pasien harus terhindar dari kebisingan, kepadatan, membutuhkan temperatur yang nyaman, dan pencahayaan yang cukup.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas mengenai terapi lingkungan yang baik untuk pasien yang sedang mengalami masalah dikejiwaannya.


1.2         Rumusan Masalah
(1)          Apa pengertian terapi lingkungan?
(2)          Apa saja tujuan dari terapi lingkungan?
(3)          Apa saja faktor yang mempengaruhi terlaksananya terapi lingkungan?
(4)          Apa saja karakteristik dari terapi lingkungan?
(5)          Apa jenis-jenis lingkungan?
(6)          Apa saja model terapi lingkungan?
(7)          Apa saja jenis kegiatan dalam penatalaksanaan terapi lingkungan?
(8)          Bagaimana peran perawatan dalam terapi lingkungan?
(9)          Bagaimana penatalaksanaan terapi lingkungan pada klien kondisi khusus?
(10)      Bagaimana terapi lingkungan rawat inap di RS?
1.3         Tujuan
(1)          Memahami dan menjelaskan pengertian terapi lingkungan
(2)          Memahami dan menjelaskan tujuan terapi lingkungan
(3)          Memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi terapi lingkungan
(4)          Memahami dan menjelaskan karakteristik terapi lingkungan
(5)          Memahami dan menjelaskan jenis-jenis lingkungan
(6)          Memahami dan menjelaskan model terapi lingkungan
(7)          Memahami dan menjelaskan jenis kegiatan terapi lingkungan
(8)          Memahami dan menjelaskan peran perawatan dalam terapi lingkungan
(9)          Memahami dan menjelaskan terapi lingkungan pada klien kondisi khusus
(10)      Memahami dan menjelaskan terapi lingkungan rawat inap di rs

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Pengertian Terapi Lingkungan
Sistem lingkungan terdiri dari sistem internal dan eksternal. Sistem internal manusia terdiri atas jenis-jenis subsistem yang meliputi biological, psycological, sosiological, dan spiritual. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi; sesuatu diluar batas sistem internal seperti: udara, iklim, air, bangunan termasuk diantanya hal yang tidak dapat diraba seperti : sosial, budaya, politik dan ekonomi. Menurut Murray, lingkungan eksternal juga mencakup: stimulus, objek, dan orang lain secara pribadi. Lingkungan diartikan sebagai lingkungan fisik dan psikologi, termasuk masyrakat.
Terapi/pengobatan merupakan cara proses penyembuhan suatu gangguan yang disebabkan oleh sumber-sumber gangguan. Sumber-sumber yang bersiat terapeutik dapat berupa orang di lingkungan atau benda-benda dan kegiatan-kegiatan yang membawa kearah penyembuhan. Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada dilingkungan dan berpengaruh pada proses penyembuhan. Terapi lingkungan(mileu therapy) brasal dari Bahasa perancis yang berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat terapeutik.
Menurut teori keperawatan lingkungan yang dikemukakan oleh Florence Nightingale, meyakini bahwa udara yang bersih, sinar matahari yang cukup, serta lingkungan yang bersih merupakan aspek penting untuk pemulihan kesembuhan seseorang. Ia menyatakan bahwa pasien-pasien yang ditempatkan dalam lingkungan yang bersih, udara yang cukup, kelembaban yang sesuai, bau yang wangi dapat mencegah kematian.
Nightingale percaya bahwa tubuh manusia memiliki daya penyembuh dan tugas perawat beserta tim kesehatan hanyalah menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan alamiah tersebut. Konsep ini memfokuskan peran perawat dalam memodifikasi lingkungan fisik yang akan berdampak pada biokomiawi tubuh seperti kadar cortisone dan adrenaline yang normal, serta berdampak pada psikologis klien seperti perasaan aman (safety need), terbebas dari kecemasan.
Modifikasi lingkungan menurut Florence adalah:
a)    Udara yang bersih (pure air)
b)   Air yang jernih dan sehat (pure water)
c)    Pembuangan yang aman dan memadai (efficient drainage)
d)   Keadaan lingkungan yang bersih (clienline)
e)    Sinar matahari atau cahaya yang cukup (light)
2.2         Tujuan Terapi Lingkungan
Tujuan terapi lingkungan menurut stuart dan sundeen ( 1995) :
a.              Mempersiapkan diri untuk kembali kemasyarakat.
b.             Membantu belajar mempercayai orang lain.
c.              Mengembangkan kompnen untuk berhubungan dengan orang lain.
d.             Meningkatkan fungsi psikologis.
e.              Mengembangkan motivasi.
f.              Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain.
g.             Mempersiapkan diri kembali kemasyarakat.
h.             Mencapai perubahan kesehatan yang positif.
2.3         Faktor Yang Mempengaruhi Terapi Lingkungan
2.3.1   Faktor predisposisi
Pasien gangguan mental sering mendapat isolasi sosial, diasinglan lingkungan, terbuang dari keluarga dan mendapat perlakuan fisik yang kurang manusiawi, sehingga pentingnya terapi lingkungan pada pasien dapat membantu secara psikologi pasien. Dengan demikian peran perawat, dokter dan psikolog sangat membantu.
2.3.2   Faktor presipitasi
Lingkungan dan situasi yang asing, serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan ganggun fisik dan gangguan mental. Lingkungan tersebut akan berpengaruh pula pada proses keperawatannya dirumah sakit.
2.4         Karakteristik Terapi Lingkungan
Karakteristik sebagai lingkungan terapeutik:
a.    Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya
b.    Pasien merasa senang dan nyaman dan tidak merasa takut dengan lingkungan.
c.    Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipahami
d.   Lingkungan rumah sakit atau bangsal yang bersih
e.    Personal dari lingkungan rumah sakit atau bangsal menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
Karakteristik terapi lingkungan:
a.    Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu da kelompok selama 24 jam.
b.    Adanya proses pertukaran informasi
c.    Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan lingkungan
d.   Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik dari ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
e.    Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus pada komukasi terapeutik.
f.     Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
g.    Personal dari lingkungan menghargai klien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan tanggung jawab.
h.    Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
2.5         Jenis-Jenis Lingkungan
1.5.1   Lingkungan Fisik
Meliputi bentuk dan struktur bangunan serta pola interksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
1)        Lingkungan fisik tetap
Mencakup struktur dari bangunan baik eksternal yaitu bangunan rumah sakit, letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat, maupun internal gedung meliputi penatalaksaan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ruang makan. Setiap rungan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktifitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
2)        Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas berupa alat rumah tangga meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dan sebagainya.
3)        Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu, serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.
1.5.2   Lingkungan Psikologis
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien :
1)        Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mepertahankan, mengubah tingkah laku pasien selama ini.
2)        Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien.
3)        Perubahan tingkah laku klien tergantung dari partisipasi petugas    kesehatan dan kegiatan pasien dalam belajar.
4)        Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antasa pasien.
5)        Mempertahankan kontak dengan lingkungan.
2.6         Model Terapi Lingkungan
2.6.1   Terapi moral
Model ini biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan individu. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
2.6.2   Model terapi sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai penyimpangan sosial. Tujuan dilakukan terapi ini adalah mengarahan perilaku menyimpang terhadap perilaku sosial yang lebih baik. Tujuan lain yaitu melati pertanggung jawaban sosial setiap individu sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung jawab bersama.
2.6.3   Model terapi psikologis
Model ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan, maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Terpi ini biasanya berupa konseling pribadi baik pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.
2.6.4   Model terapi budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dasar pemikirannya adalah praktik penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu merupakan hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba.
2.7         Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
2.7.1   Terapi rekreasi ,yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktifdan menyenangkan,serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.pada proses terapi perawat harus dapat menyesuaikan kegiatan dengan tingkatan umur,misalnya untuk remaja yang membutuhkan kegiatan yang mengeluarkan banyak energi,seperti basket dll,sementara untuk orang tua dapat mengeluarkan banyak tenaga misalnya bermain kartu dll
2.7.2   Terapi kreasi seni, perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat misalnya sebagai berikut:
a.    Dance therapy/menari
Suatu terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan menggunakan gerakan tubuh diaman mengkomunikasikan tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan
b.    Terapi musik
Terapi ini dilakukan melalui musik. Dengan musik memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya seperti marah, sedih, dan kesepian. Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan bersama atau individual.
c.    Terapi dengan menggambar/ melukis
Dengan menggambar /melukis akan memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar juga akan menurunkan tegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
d.   Literatur/ biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, buku-buku, dan kemudian mendiskusikan diantara pasien pendapat-pendapat terhadap topik yang di baca. Tujuan dari terapi ini adalah mengembangakan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan atau pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
e.    Pet theraphy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya ,merasa kesepian, menyendiri. Sarana yang dipergunakan dalam terapi ini adalah binatang-binatang dimana dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien, sering kali digunakan pada pasien anak dengan autistik.
f.     Plant theraphy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu atau makluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab anatara satu pribadi pada pribadi lain.
2.8         Peran Perawatan dalam Terapi Lingkungan
2.8.1   Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
·      Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,menyenangkan, saling menghargai diantara sesama perawat, petugas kesehatan dan pasien.
·      Perawat yang menciptakan suasana yang nyaman aman dari benda-benda atau keadaan yang menimbulkan terjadinya kejelakaan atau luka terhadap pasien dan perawat.
·      Menciptakan suasana yang nyaman.
·      Pasen diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dia lakukan dirumah.
2.8.2   Penyelenggaraan proses sosialisasi
·       Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
·       Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan, dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan didalam kegiatan tertentu.
·       Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
2.8.3   Sebagai teknis keperawatan
Selama proses terapi lingkungan fungsi perawat adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan yang telah di tetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
2.8.4   Sebagai leader atau pengelola.
Dalam melaksanakan terapi lingkungan perawat harus mampu mengelolah sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.
2.9         Terapi Lingkungan pada Klien Kondisi Khusus
2.9.1   Pasien rendah diri(low self esteem),depresi(depression) ,dan bunuh diri(suicide)
Syarat lingkungan secara psikologi harus memenuhi hal-hal sbb:
a.    Ruangan aman dan nyaman
b.    Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendri atau orang lain
c.    Alat-alat medis ,obat-obatan,dan jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci
d.   Ruangan harus ditempatkan dilantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan
e.    Tata tuangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien
f.     Warnah dinding cerah
g.    Adanya bacaan ringan,lucu,dan motivasi hidup
h.    Hadirkan musik ceria,tv dan film komedi
i.      Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi pasien
Syarat lingkunga secara sosial sbb:
a.    Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin
b.    Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya
c.    Menerima pasien apa adanya,jangan mengejek atau merendahkan
d.   Meningkatkan harga diri pasien
e.    Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
f.     Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya
g.    Sertakan keluarga dalam rencana  asuhan keperawatan ,jangan membiarkan pasien terlalu lama didalam ruangannya
2.9.2   Pasien dengan amuk
Syarat lingkungan fisik sbb:
a.    Ruangan aman,nyaman dan mendapat pencahayaan yang cukup
b.    Pasien satu kamar,satu orang ,bila sekamae lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dan yang lemah
c.    Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci
d.   Tersedia kebijakan dan prosedur dengan protokol pengikatan dan pengasingan secara aman,serta protokol pelepasan pengikatan
Syarat lingkungan psikologis sbb;
a.    Komunikasi terapeutik ,sikap bersahabat dan perasaan empati
b.    Observasi pasien setiap 15 menit
c.    Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang
d.   Penuhi kebutuhan fisik pasien
e.    Libatkan keluarga
f.     Pasien merasa aman atau tenag dan tidan merasa takut
g.    Dilingkunga rumah sakit atau bangsal yang bersih
h.    Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan lingkunga atau mengubah tingkah laku pasien
i.      Tat ruangan menarik dan poster yang cerah akan meningkatkan gairah terhadap pasien
2.10     Terapi Lingkungan Rawat Inap di RS
Pada 1980-an asuhan rawat inap pisikiatri masih merupakan mode utama terapi untuk penderita gangguan jiwa (McGihon, 1999). Unit sikiatri khusus menekankan “ terapi bicara “ atau interakasi satu-satu dengan staf, dan terapi lingkungan, yakni lingkungan secara total dan efeknya pada pengobatan klien. Interaksi kelompok dan interaksi individual berfokus pada pembinaan rasa saling percaya, sikap saling membuka diri antara pasien dan staf, dan partisipasi aktif dalam kelompok. Terapi lingkungan yang efektif memerlukan waktu rawat inap lebih lama karena pasien yang lebih stabil membantu membina hubungan dan memberi dukungan kepada pasien yang lebih akut, yang baru masuk rumah sakit (McGihon, 1999).
Pada tahun 1990-an, ekonomi perawatan kesehatan mulai mengalami perubahan secara dramatis dan lama rawat inap berkurang menjadi hanya beberapa hari. Di negara maju saatini menggunakan beberapa bentuk asuransi managed care, yang mengubah terapi secara siknifikan. Managed care melakukan upaya pengontrolan biaya seperti sertifikasi ulang pendaftaran di rumah sakit, utilization review, dan managemen kasus. Pertumbuhan Managed caredikaitkan dengan berkurangnya jumlah pasien yang masuk rumah sakit, waktu rawat inap lebih singkat, reimbursemen berkurang, dan acuity rawat inap meningkat. Oleh karena itu, klien merasa aman ketika masuk rumah sakit dan tidak menginap lama di rumah sakit.
McGihon (1999) berpendapat bahwa unit rawat inap di rumah sakit perlu mengubah pendekatan menjadi asuhan rawat inap jika ingin efektif (yakni, jika unit tersebut ingin memenuhikebutuhan klien dengan memberi batasan masuk rumah sakit dan lama rawat inap). Ia yakin bahwa unit masih mecoba menggunakan pendekatan terapi lingkungan yang tidak lagi peraktis atau efektif untuk rawat inap. Saat ini unit rawat inap harus melakukan pengkajian secara cepat, menstabilkan gejala, menyusun perncanaan pulang, dan unit tersebut harus mencapai tujuan ini dengan cepat.
Untuk mencapai tujuan ini, McGihon mengajukan model PACED, suatu pendekatan multidisiplin yang berpusat pada pasien untuk mengupayakan lama rawat inap yang singkat. Manajeman kasus adalah konsep  kursial lain dari model ini. Manajemen kasus, yang seringkali adalah perawat atau pekerja sosial, mengikuti pasien sejak masuk rumah sakit sampai pulang dan berperan sebagai penghubung klien dengan sumber-sumber masyarakat, perawatan dirumah, dan pembayar pihak ketiga.
Model PACED untuk terapi rawat inap psikiatri :
·         Berpusat pada pasien
·         Pengkajian dan stabilisasi gejala dilakukan melalui intervensi singkat, medikasi, dan pemeriksaan yang dilakukan tepat pada waktunya.
·         Managemen kasus, dimulai saat pasien masuk rumah sakit, menyusun tujuan terapi jangka pendek, dan merencanakan perawatan tindak lanjut.
·         Evaluasi hasil
·         Perencanaan pulang dan tindak lanjut dalam sistem pemberian perawatan kesehatan yang terintegrasi.
Model perawatan PACED bukan satu-satunya model keperawatan yang menyatakan pentingnya perencanaan pulang. Gantt at all (1999) menulis bahwa “ ketika fokus asuhan rawat inap psikiatri bergeser ke penekanan pada penyembuhan gejala akut secara cepat dan perubahan yang cepat ke intervensi terapi yang lebih murah dan lebih sedikit, karena peran perencanaan ulang bahkan menjadi lebih penting”. Keadekuatan perencanaan pulang merupakan alat prediksi yang lebih baik untuk memperkirakan lama individu dapat tinggal di masyarakat dibandingkan dengan indicator klinis sebagai diagnosis psikiatri (Caton & Gralnick, 1987).
Hambatan pada keberhasilan perencanaan pulang meliputi penyalagunaan obat dan alcohol, perilaku criminal atau perilaku kekerasan, ketidakpatuhan terhadap pengobatan, dan pikiran bunh diri. Individu yang pulang dengan perencanaan yang terbatas, kembali masuk rumah sakit ebih cepat dan lebih sering daripada mereka yang memiliki perencanaan pulang yang lebih baik. Membuat perencanaan pulang yang berhasil, yang memberi pelayanan dan tempat tinggal yang optimal sangat penting jika penderita gangguan jiwa akan berintegrasi dengan masyarakat. Pendekatan holistic untuk reintegrasi penderita gangguan jiwa kedalam masyarakat adalah satu-satunya cara yang dapat mencegah penderita tersebut masuk kembali ke rumah sakit dan dapat meningkatkan kualitas hidup klien.
Gibson mengidentifikasi program terapi masyarakat asertif (assertive community treatment, ACT) sebagai program yang menyediakan paling banyak layanan yang diperlukan untuk menghentikan klien berulang kali masuk rumah sakit karena upaya untuk hidup di masyarakat tidak berhasil.

BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah tindakan memanipulasi lingkungan klien untuk proses penyembuhan. Lingkungan yang dimanipulasi antara lain adalah lingkungan fisik dan psikososial. Jenis kegiatan yang dapat dipilih, antara lain terapi kreasi dan rekreasi. Peran perawat dalam terapi lingkungan ini adalah sebagai pencipta lingkungan yang aman dan nyaman, penyelenggaraan proses sosialisasi, sebagai teknis keperawatan, dan sebagai leader atau pengelola.
3.2         Saran
Sebaiknya seluruh tenaga kesehatan sungguh mampu mendukung dan menjalankan peran profesi masing-masing dalam terapi terhadap orang dengan gangguan jiwa terutama dalam mendukung pemanipulasian lingkungan sekitar klien.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Nasil, Abdul dan Muhith, Abdul. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Susana, Sarka Ade. (2011). Terapi Modalitas: Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.


TERPOPULER

MAKALAH PEMBERIAN INJEKSI INSULIN LENGKAP

PEMBERIAN INJEKSI INSULIN SEMESTER 4 Oleh : Bayu Desicha Fahmi                         (201602008) Riska Oktavia Cahyani  ...