Tuesday 12 June 2018

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA (TERAPI PERILAKU & KELUARGA)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
          Pada zaman yang semakin berkembang ini, individu sering dihadapkan dengan persoalan-persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati tahap-tahap, baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah masalah untuk sebagian individu. Oleh karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan masalah tersebut. Maka muncul sebuah solusi yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut. Dalam dunia psikologi, dikenal istilah psikoterapi sebagai bentuk aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang individu yang memerlukannya.
          Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Sedangkan, definisi umum psikoterapi yaitu serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Psikoterapi merupakan suatu interaksi sistematis antara pasien dengan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
          Psikoterapi memiliki beberapa macam terapi salah satunya ada terapi perilaku dan keluarga. Terapi perilaku sendiri adalah suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku. Seperangkat perilaku atau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Dan individu juga membutuh peran keluarga dalam menghadapi sebuah masalah. Terapi keluarga salah satu solusinya. Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Kita ketahui bahwa keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.
          Menurut ahli keluarga yaitu Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi 5 fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut.
          Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai, struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga tersebut.Sehingga  dalam hal ini di perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan individu dalam kehidupannya baik untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat sekitarnya khususnya dalam hubungan sosial.


1.2     Rumusan Masalah
1.2.1  Apa yang dimaksud dengan terapi perilaku pada keperawatan jiwa?
1.2.2  Apa yang dimaksud dengan terapi keluarga pada keperawatan jiwa?
1.3     Tujuan
1.3.1  Mahasiswa mampu memahami yang dimaksud dengan terapi perilaku pada keperawatan jiwa.
1.3.2  Mahasiswa mampu memahami yang dimaksud dengan terapi keluarga pada keperawatan jiwa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Terapi Perilaku
            Terapi perilaku adalah pengobatan yang didasarkan pada kepercayaan bahwa perilaku seseorang sangat berkaitan atau dipengaruhi oleh masalah psikologisnya. Oleh karena itu, perilaku yang bermasalah bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang melainkan akibat dari pembelajaran, lingkungan, dan pengaruh dari luar.
2.1.1 Jenis Terapi Perilaku
a.       Desensitisasi sistematik
Merupakan suatu teknik yang ditemukan oleh Joseph Wolpe dan digunakan untuk mengurangi ansietas maladaptive. Keadaan ini didasarkan pada prinsip inhibisi timbal-balik yang menyatakan bahwa ansietas akan dipadamkan jika pada saat yang sama menimbulkan suatu respon psokopatologik yang tak cocok dengan ansietas (seperti relaksasi kuat). Ketiga komponen desensitisasi sistemik adalah kontruksi dari suatu hirarki (keadaan yang memprovokasi ansietas) , pelatihan relaksasi , dan sifat desensitisasi sendiri.
·         Kontruksi hirarki
Untuk suatu ansietas tertentu , pasien diminta untuk menetapkan suatu unit ansietas subyektif atau skor “sud” untuk berbagai keadaan yang menimbulkan ansietas. Kemudian situasi ini disusun menurut skor sud dalam suatu hirarki dari keadaan yang menimbulkan ansietas yang paling kecil hingga ansietas yang besar.
·         Pelatihan relaksasi
Pasien diajarkan beberapa metode relaksasi otot yang mendalam , biasanya metode relaksasi progresif Jacobson. Metode ini memfokuskan diri pada penegangan dan relaksasi semua kelompok otot dalam suatu urutan sistemik.
·         Desensitisasi yang sebenarnya
Pertama kali pasien dibantu untuk mencapai suatu keadaan relaksasi dalam jika telah relaksasi dalam , ia diminta untuk mengkhayalkan secara hidup adegan dengan hirarki yang lebih rendah. Tetapi penting jika pasien membayangkan adegan tanpa ansietas sebelum dapat dicoba adegan berikutnya.
b.        Pengobatan disfungsi sosial
Pendekatan terapi perilaku terhadap pengobatan disfungsi seksual berdasarkan pada asumsi bahwa disfungsi seksual merupakan perilaku maladaptif yang dopelajari. Terapi ini terdiri dari penggunaan respons yang menyenangkan yang ditimbulakan oleh keadaan terangsang untuk mengatasi dan menghambat respons ansietas yang cocok dengan keadaan ini.
c.         Bukti ekonomis : penguatan dan pemusnahan positif
Bukti ekonomis adalah berdasarkan pada prinsip pengkondisian operan , yaitu frekuensi perilaku tertentu akan mengkat bila diikuti dengan konsekuensi positif. Pasien diberikan kesempatan untuk mendapatkan “pekerjaan” yang terdiri atas aktivitas perawatan diri , seperti merawat , mengatur tempat tidurnya sendiri.  Mereka dieberi penghargaan dengan bukti yang dapat diubah dengan pokok  yang diinginkan.
d.        Terapi aversif
Berdasarkan dimana banyak perilaku dibentuk untuk mengetahui konsekuensi yang tidak menyenangkan.
e.         Terapi membanjiri dan implosif
Terapi ini merupakan contoh terapi paparan dan secara klasik dipakai untuk mengobati keadaan takut , karena merupakan desensitisasi sistemik. Terapi paparan didasarkan pada paparan kronis terhadap stimulus ketakutan yang sesungguhnya. Asumsinya adalah bahwa bila seseorang terpapar pada keadaan yang menakutkan cukup lama dan ketakutan tidak diperkuat dan selanjutnya ketakutan tersebut akan hilang dengan sendirinya.

f.         Pemodelan
Pada banyak kasus pemodelan atau belajar observasional oleh Albert Bandura telah diperlibatkan sebagai cara belajar yang lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan cara pembelajaran penguatan. Pada pengobatan seorang anak dengan fobia , pemodelan yang dapat dimulai dengan mengamati apa yang difobiakan anak tersebut dari jauh , kemudian dekati.
g.        Pengobatan gangguan makan
Terdapat terapi perilaku untuk pengobatan anoreksia nervosa , bulimia dan obesitas dan terutama berdasarkan pada prinsip pengkondisian operan. Pasien anoreksia diberikan suatu bobot sasaran dan diberikan hadiah untuk perolehan bobot dengan memberikan hadiah.
h.        Kedokteran perilaku
Terapi perilaku mempunyai banyak penerapan dalam pengobatan dan pencegahan gangguan medis. Banyak dari masalah perilaku , demikian juga tekniknya , telah disebutkan. Pelatihan relaksasi mungkin berguna pada penyakit hipertensi dan untuk mengurangi rasa nyeri.
i.          Pelatihan pernyataan tegas
Merupakan suatu tipe pelatihan keterampilan sosial yang berdasarkan pada asumsi bahwa orang mempunyai hak untuk menyatakan sikap , kepercayaan, dan keinginan mereka.
2.1.2  Contoh Penyakit Yang Dapat Diobati Dengan Terapi Perilaku
·         Gangguan kegelisahan
·         Gangguan obsesif kompulsif
·         Gangguan stress paska taruma
·         Phobia sosial
·         Penyakit bipolar
·         Skizofrenia
·         Depresi
·         Gangguan kepribadian
·         Gangguan pola makan
·         Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif
2.1.3  Cara Kerja Terapi Perilaku
Terapi perilaku menggunakan teknik yang beragam. Teknik yang dipilih adalah teknik yang memiliki tingkat keberhasilan yang paling tinggi, tergantung pada kondisi setiap pasien. Beberapa teknik yang sering digunakan adalah :
·         Pengembangan mekanisme pertahanan
·         Bermain peran
·         Metode relaksasi
·         Pengutaan positif
·         Pelatihan kemampuan sosial
·         Terapi realitas visual
·         Modifikasi respon
·         Perjanjian kontrak
·         Terapi biofeedback
Terapi ini juga dapat menbantu pasien agar mereka dapat menyadari kapan mereka membutuhkan bantuan medis serta mencari pertolongan. Namun, tujuan yang paling penting adalah untuk mencegah pasien melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri.
Terapi ini biasanya digabungkan dengan pemberian obat-obatan yang harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter untuk mencegah efek samping. Oleh karena itu, terapis perilaku dapat menurangi dosis obat secara bertahap atau perlahan mengurangi peran obat-obatan dalam proses pengobatan keseluruhan.
2.1.4  Komplikasi Dan Resiko Terapi Perilaku
Terapi perilaku memiliki resiko yang sangat kecil, sedangkan sebagian besar komplikasi yang terjadi bersifat emosional, misalnya luapan emosi atau kemarahan yang tidak terkendali, rasa sakit, dan menangis. Walaupun bersifat emosional, seperti luapan perasaan yang tiba-ba muncul, komplikasi-komplikasi ini dapat melelahkan bagi fisik pasien.
Terapi perilaku merupakan cara yang aman untuk menangani penyebab utam dari suatu masalah, sehingga dapat menangani suatu konsekuensi, baik emosional atau fisik, dsari masalah tersebut.
2.2     Terapi Keluarga
2.2.1 Konsep Terapi Keluarga
          Keluarga merupakan sistem pendukumg utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Keluarga akan meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka sudah tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu,asuhan keperawatan yang brfokus pada keluarga bukan hanya utntuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengataasi masalah kesehatan keluarga tersebut.
2.2.2   Tujuan Terapi Keluarga
Pentingnya perawatan di lingkungan keluarga dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : keluarga merupakan suatu konteks dimana individu memulai hubungan interpersonal. Keluarga mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku klien (Clemen & Buchman).
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan jiwa pada suatu anggota keluarga akan mengganggu semua sistem atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada anggota keluarga. Dari kedua pernyataan di atas, dapat di simpulkan betapa pentingnya peran keluarga pada peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian kembali setelah selesai progam perawatan. Oleh karena itu keterlibatan keluarga dalam perawatan sangat menguntungkan proses pemulihan klien


          Perawat membantu keluarga agar dapat/mampu melakukan lima tugas kesehatan:
1.        Mengenal masalah kesehatan
2.        Membuat keputusan tindakan kesehatan
3.        Memberi perawaan pada anggota yang sehat
4.        Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat.
5.        Menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
          Peran Keluarga Dalam Terapi antara lain sebagai berikut:
1.        Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
-          Mengurangi rasa takut
-          Memberikan arahan
-          Menolong mereka dapat merasa senang dengan proses terapinya
-          Menerima keahlian dan melakukan perannya dengan baik
2.        Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
-          Menyusun pertanyaan utuk membantu mengurangi rasa takut
-          Menguatkan anggapan anggota dan menanyakan anggapan individu
-          Mendapatkan fakta tentang rencana proses, kelemahan dalam rencana, persepsi pribadi dan orang lain, persepsi peran, komunikasi yang baik dan tekniknya, perasaan seksual dan aktivitas
-          Merespon dengan keyakinan hati anggota
3.        Membantu anggota bagaimana memandang orang lain
-          Observasi  sharing bagaimana anggota memanifestasikan dirinya
-          Mengajarkan anggota bagaimana mengobservasi sharing mereka dengan orang lain
-          Menayangkan videotape atau autovisual yang mendukung visi keluarga
4.        Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit. Memudahkan dalam memberi dan menerima informasi yang memudahkan bagi anggota keluarga untuk melakukannya.
2.2.3  Model Terapi Keluarga
     Pada saat ini kegiatan terapi keluarga telah dikembangkan beberapa pendekatan berupa model-model terapi keluarga, diantaranya:
Teori Konsep Bowen
1.      Pembeda diri: menentukan bagaimana hubungan emosional dibentuk dan bagaimana perkembangannya dari tiap individu.
Misalnya: Menggali siapa saya? Apa peran saya? Hal yang membedakan saya dengan anggota keluarga lainnya? (umur, tanggung jawab, kebutuhan) dikeluarga.
2.      Triangle dibentuk dari beberapa sistem emosi dan respon emosional automatik dalam keluarga yang digunakan untuk mengatur dan meredam kecemasan dalam hubungan.
Menggali bagaimana peran segitiga: Ayah, Ibu, dan Anak agar dapat mencapai keseimbangan dan rasa aman dalam keluarga.
3.      Dinamik (bergerak): proses perpindahan beberapa generasi suatu keluarga. Isu dan masalah dapat berubah dari generasi satu kelainnya begitu pula pola dari hubungan. Menggali apa masalah dominan yang sering muncul dari generasi ke generasi.
Misalnya: Penyebab kecemasan keluarga adalah adanya masalah warisan yang belum selesai pada generasi kakek. Jika pada ibu dan ayah masalah pernikahan. Pada anak dominan masalah ke narkoba.
4.      Posisi sibling adalah seorang anggota keluarga ada perhatian pada sibling lainnya. Peran perawat menggali adakah dalam keluarga tersebut suasana plih kasih yang dirasakan oleh anak tertentu?
Misalnya: Sistem keluarga menjadi terganggu setelah perhatian ibunya tercurah pada anak yang baru lahir sehingga terjadi pergeseran peran sebelumnya dan terganggunya seluruh sistem keluarga.
5.      Sistem emosi nuclear family berarti pengakjian diarahkan pada pola dari interaksi keluarga yang meliputi ayah, ibu, anak tanpa ada pihak keluarga lain. Sehingga bentuk perhatian, kasih sayang, komunikasi lebih terfokus pada keluarga inti. Perawat mencoba menganalisa siapa sebenarnya keluarga inti dan mencoba mengesampingkan anggota lain yang bukan keluarga inti.
a.    Emosional dihambat: antara keluarga inti mencoba untuk berltih menahan amarah, merubahnya menjadi ungkapan kasih sayang dan saling perhatian. Hal ini agar keluarga bisa memecahkan konflik secara hangat dan intim tanpa sifat emosional.
b.    Proses proyeksi keluarga: menggambarkan suatu kecemasan tentang isu yang ditransfer melalui suatu generasi. Fokus telaahan dimana masalah yang belum tuntas pada suatu generasi mungkin diwariskan pada generasi.
2.2.4   Terapi Struktur Keluarga
a.         Konsep keluarga sebagai suatu sistem sosisokultural terbuka digambarkan sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkuang apabila kebutuhan individu dan anggota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak bisa saling menyesuaikan. Misalnya penyesuaian pola makan dari latar belakang suami, istri, keponakan, bibi atau anggota keluarga lain yang berbeda, penyesuain kondisi lingkungan dari background yang berbeda, penyesuaian komunikasi dari pola asuh sebelumnya yang berbeda.
b.        Fokus dari terapi stuktur ini adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif atau perubahan pola untuk memudahkan perkembangan. Untuk usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi stuktur dasar keluarga. Kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2.2.5   Strategi terapi keluarga
·           Reframing
Dimana problem ditegaskan kembali oleh ahli terapi/orang yang melakukan terapi sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh keluarga.
Contoh: problem yang mengandung arti positif merupakan suatu tipe reframing yang spesifik, dikembangkan untuk mengartikan suatu masalah.
·           Pengendalian perubahan
Contoh: keluarga diminta untuk melaksanakan beberapa tindakan dan target untuk mengatasi masalah dalam beberapa minggu. Misalnya yang biasa tidak mencuci baju sendiri belajar untuk mencuci baju.
·           Paradok (kotradiksi/pesan pertentangan) :
Contoh: pertentangan keluarga yang tinggi akan menyebabkan perubahan suatu respon. Anggota keluarga yang biasanya dominan mencoba untuk tidak dominan, yang biasa mengatur berupaya untuk belajar diatur, yang biasa banyak  bicara berusaha untuk mendengar dan sebagainya.

2.2.6   Tahapan dalam Terapi Keluarga
Peran dan fungsi perawat tergantung pada pendekatan terapi seperti dinyatakan pada beberapa modal terapi. Aspek umum dari proses terapi meliputi :
a.         Permulaan hubungan dan menjalin hubungan saling percaya
b.        Pengkajian dan perencanaan
c.         Implementasi dan tahap kerja
d.        Evaluasi dan terminasi
Perawatan yang disiapkan sebagai anggota tim yang melaksanakan intervensi keluarga atau melaksanakan psiko education bekerja dibawah pengawasan dan petunjuk dari perawat spesialis klinik psikiatrik atau spesialis kesehatan mental lainnya yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam terapi keluarga.
2.2.7  Peran Perawat dalam Terapi Keluarga
            Dengan bantuan perawat, keluarga diharapkan mempunyai kemampuan mengatasi masalah dan memelihara stabilitas dari status kesehatan  semaksimal mungkin. Newman menjelaskan strategi intervensi perawatan keluarga yang lebih berfokus pada prevensi primer dan tersier, seperti :
1.      Mendidik kembali dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga  misalnya perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting, apa visi seluruh keluarga, kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga.
2.      Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah. Perawat meyakinkan bawha keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi anggotanya.
3.      Mengkoordinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat menunjukkan institusi kesehatan mana yang harus bekerja sama dengan keluarga san siapa yang biasa diajak konsultasi.
4.      Memberikan pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui penyuluhan, perawatan di rumah, pendidikan, dan sebagainya. Bila ada anggota keluarga yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.
5.      Membangun self esteem.
Ø  Dengan menyatakan “saya menghargai kamu”
Ø  Mencantumkan sesuatu yang berharga bagi seseorang
Ø  Ajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh anggota keluarga
Ø  Menekankan bawha ahli terapi dengan anggota keluarga sanggup belajar dari terapi
Ø  Merespon sebagai seseorang yang mengerti atau sungguh-sungguh dapat mengevaluasi
Ø  Tidak ada pencapaian hasil yang lalu
Ø  Menanyakan anggotan keluarga yang lain , apakah klien dapat membawa kebahagiaan bagi anggota keluarga.
6.      Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
Ø  Melihat kembali aturan yang di rumah dimana semua anggota berpartisipasi
Ø  Demokratis
Ø  Meyakinkan bawha tidak ada orang yang membicarakan atau menyingung orang lain
Ø  Menolong setiap orang berbicara dengan benar sehingga orang lain dapat mendengar
Ø  Menggunakan pendekatan humor
Ø  Menciptakan ketenangan untuk kontrol.
7.      Menurunkan ancaman dengan dengan struktur pembahasan yang sistematis.
Ø  Memberitauhkan tujuan dengan jelas sampai akhir terapi atau batas waktu untuk reevaluasi
Ø  Memperlihatkan keluarga sebagai suatu kesatuan bukan bagian
Ø  Melihat bagian atau sub sistem dari keluarga untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik
Ø  Menurunkan ancaman
Ø  Diskusikan marah dan ketersinggungan secara terbuka.
8.      Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab.
Ø  Mengingatkan anggota keluarga bawha mereka dapat merubah diri mereka
Ø  sendiri.
Ø  Keterbukaan antara anggota keluarga.
Proses perawatan yang melibatkan klien dan keluarga akan membantu proses intervensi dan menjaga agar klien tidak kambuh kembali setelah pulang. Khusus untuk keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa, sangat penting merencanakan pulang klien dengan keluarganya . Jiip dan Sine (1986) mengemukakan tujuan rencana pulang klien sebagai berikut:
1.        Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik dan sosial serta psikologi
2.        Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
3.        Menyelenggarakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masuyrakat
4.        Melaksanakan proses pulang yang bertahap.

·         Perawat Mengkaji Indikasi Terapi Keluarga
Terapi keluarga berguna untuk klien yang :
1.      Segan terhadap psikoterapi individu karena takut , tidak percaya pada terapi, menentang keras tetapi, melawan figure orangtua.
2.      Tidak/kurang berpengalaman dengan saudara-sadaranya mempunyai pertentangan dengan anggota keluarga lain tidak/sukar menyesuaikan diri dalam keluarga.
3.      Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai inteligensi rendah atau komunikasi keluarga yang terhambat.
·         Melibatkan Keluarga dalam Mencegah Klien Kambuh 
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan “perawat utama” bagi klien. keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan  klien di rumah. Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan linkungannya. Keluarga merupakan  “institusi” pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982:171).
Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu unruk berperan di masyarakat. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sitem maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota merupakan salah satu anggota, dapat mempengaruhi seluruh sistem, seqbaliknya disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota.
Pelayanan kesehatan jiwa yang ada merupakan fasilitas yang membantu klien dan keluarga dalam mengembangkan kemampuan mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif. Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rimah (Sullinger,1988).

BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
          Terapi perilaku adalah pengobatan yang didasarkan pada kepercayaan bahwa perilaku seseorang sangat berkaitan atau dipengaruhi oleh masalah psikologisnya. Oleh karena itu, perilaku yang bermasalah bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang melainkan akibat dari pembelajaran, lingkungan, dan pengaruh dari luar
          Jenis Terapi Perilaku
a.         Desensitisasi sistematik
b.        Pengobatan disfungsi sosial
c.         Bukti ekonomis : penguatan dan pemusnahan positif
d.        Terapi aversif
e.         Terapi membanjiri dan implosif
f.         Pemodelan
g.        Pengobatan gangguan makan
h.        Kedokteran perilaku
          Contoh Penyakit Yang Dapat Diobati Dengan Terapi Perilaku
·           Gangguan kegelisahan
·           Gangguan obsesif kompulsif
·           Gangguan stress paska taruma
·           Phobia sosial
·           Penyakit bipolar
·           Skizofrenia
·           Depresi
·           Gangguan kepribadian
·           Gangguan pola makan
·           Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif
Komplikasi Dan Resiko Terapi Perilaku
Terapi perilaku memiliki resiko yang sangat kecil, sedangkan sebagian besar komplikasi yang terjadi bersifat emosional, misalnya luapan emosi atau kemarahan yang tidak terkendali, rasa sakit, dan menangis. Walaupun bersifat emosional, seperti luapan perasaan yang tiba-ba muncul, komplikasi-komplikasi ini dapat melelahkan bagi fisik pasien.
Terapi Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukumg utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Keluarga akan meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka sudah tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu,asuhan keperawatan yang brfokus pada keluarga bukan hanya utntuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengataasi masalah kesehatan keluarga tersebut.
Pentingnya perawatan di lingkungan keluarga dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : keluarga merupakan suatu konteks dimana individu memulai hubungan interpersonal. Keluarga mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku klien (Clemen & Buchman).
Model Terapi Keluarga
Teori Konsep Bowen
·           Pembeda diri
·           Triangle
·           Dinamik (bergerak)
·           Posisi sibling
·           Sistem emosi nuclear family


Terapi Struktur Keluarga
a.         Konsep keluarga sebagai suatu sistem sosisokultural terbuka digambarkan sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkuang apabila kebutuhan individu dan anggota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak bisa saling menyesuaikan. Misalnya penyesuaian pola makan dari latar belakang suami, istri, keponakan, bibi atau anggota keluarga lain yang berbeda, penyesuain kondisi lingkungan dari background yang berbeda, penyesuaian komunikasi dari pola asuh sebelumnya yang berbeda.
b.        Fokus dari terapi stuktur ini adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif atau perubahan pola untuk memudahkan perkembangan. Untuk usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi stuktur dasar keluarga. Kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
Strategi terapi keluarga
·           Reframing
·           Pengendalian perubahan
·           Paradok (kotradiksi/pesan pertentangan)
Tahapan dalam Terapi Keluarga
Peran dan fungsi perawat tergantung pada pendekatan terapi seperti dinyatakan pada beberapa modal terapi. Aspek umum dari proses terapi meliputi :
a.         Permulaan hubungan dan menjalin hubungan saling percaya
b.        Pengkajian dan perencanaan
c.         Implementasi dan tahap kerja
d.        Evaluasi dan terminasi

Peran Perawat dalam Terapi Keluarga
Dengan bantuan perawat, keluarga diharapkan mempunyai kemampuan mengatasi masalah dan memelihara stabilitas dari status kesehatan  semaksimal mungkin. Newman menjelaskan strategi intervensi perawatan keluarga yang lebih berfokus pada prevensi primer dan tersier, seperti :
a.         Mendidik kembali dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga
b.        Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
c.         Mengkoordinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan
d.        Memberikan pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui penyuluhan, perawatan di rumah, pendidikan, dan sebagainya
e.         Membangun self esteem
f.         Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi
g.        Menurunkan ancaman dengan dengan struktur pembahasan yang sistematis
h.        Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

3.2         Saran
Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai penulis menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sekalian, agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.


No comments:

Post a Comment

TERPOPULER

MAKALAH PEMBERIAN INJEKSI INSULIN LENGKAP

PEMBERIAN INJEKSI INSULIN SEMESTER 4 Oleh : Bayu Desicha Fahmi                         (201602008) Riska Oktavia Cahyani  ...