BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman yang semakin berkembang
ini, individu sering dihadapkan dengan persoalan-persoalan rumit dan sukar
untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati
tahap-tahap, baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati
tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah masalah untuk sebagian individu. Oleh
karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan
masalah tersebut. Maka muncul sebuah solusi yang kemudian akan sedikit
memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang
mengalami problem-problem tersebut. Dalam dunia psikologi, dikenal istilah
psikoterapi sebagai bentuk aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada
seorang individu yang memerlukannya.
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal
dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental
dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan.
Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan,
terapi mental, atau terapi pikiran. Sedangkan, definisi umum psikoterapi
yaitu serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk
mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Psikoterapi merupakan suatu
interaksi sistematis antara pasien dengan terapis yang menggunakan
prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah
laku, pikiran dan perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi tingkah laku
abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai
seorang individu.
Psikoterapi memiliki beberapa macam
terapi salah satunya ada terapi perilaku dan keluarga. Terapi perilaku sendiri
adalah suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku.
Seperangkat perilaku atau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan
menghasilkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Terapi perilaku berusaha
menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi
perilaku belajar si pasien. Dan individu juga membutuh peran keluarga dalam
menghadapi sebuah masalah. Terapi keluarga salah satu solusinya. Terapi
keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern &
Pinsof, 1986). Kita ketahui bahwa keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam
kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik
yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.
Menurut ahli keluarga yaitu
Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya
memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi 5
fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi keluarga untuk
pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian
orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila
fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan
psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga
tersebut.
Mengenai fungsi affektif ini banyak
kejadian dalam keluarga yang bisa memicu terjadinya gangguan kejiwaan baik pada
anggotanya maupun pada keseluruhan unit keluarganya, contoh kejadian-kejadian
tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kultural, dll.
Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada pemicunya, dalam
konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai, struktur
peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk
mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada
keluarga tersebut.Sehingga dalam hal ini
di perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan individu dalam kehidupannya
baik untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat sekitarnya khususnya dalam
hubungan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan terapi perilaku pada keperawatan jiwa?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan terapi keluarga pada keperawatan jiwa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami yang dimaksud dengan terapi
perilaku pada keperawatan jiwa.
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami yang dimaksud dengan terapi
keluarga pada keperawatan jiwa.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Terapi Perilaku
Terapi
perilaku adalah pengobatan yang didasarkan pada kepercayaan bahwa perilaku
seseorang sangat berkaitan atau dipengaruhi oleh masalah psikologisnya. Oleh
karena itu, perilaku yang bermasalah bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang
melainkan akibat dari pembelajaran, lingkungan, dan pengaruh dari luar.
2.1.1
Jenis Terapi Perilaku
a. Desensitisasi
sistematik
Merupakan
suatu teknik yang ditemukan oleh Joseph Wolpe dan digunakan untuk mengurangi
ansietas maladaptive. Keadaan ini didasarkan pada prinsip inhibisi timbal-balik
yang menyatakan bahwa ansietas akan dipadamkan jika pada saat yang sama
menimbulkan suatu respon psokopatologik yang tak cocok dengan ansietas (seperti
relaksasi kuat). Ketiga komponen desensitisasi sistemik adalah kontruksi dari
suatu hirarki (keadaan yang memprovokasi ansietas) , pelatihan relaksasi , dan
sifat desensitisasi sendiri.
·
Kontruksi hirarki
Untuk suatu
ansietas tertentu , pasien diminta untuk menetapkan suatu unit ansietas
subyektif atau skor “sud” untuk berbagai keadaan yang menimbulkan ansietas.
Kemudian situasi ini disusun menurut skor sud dalam suatu hirarki dari keadaan
yang menimbulkan ansietas yang paling kecil hingga ansietas yang besar.
·
Pelatihan relaksasi
Pasien diajarkan
beberapa metode relaksasi otot yang mendalam , biasanya metode relaksasi
progresif Jacobson. Metode ini memfokuskan diri pada penegangan dan relaksasi
semua kelompok otot dalam suatu urutan sistemik.
·
Desensitisasi yang
sebenarnya
Pertama kali
pasien dibantu untuk mencapai suatu keadaan relaksasi dalam jika telah
relaksasi dalam , ia diminta untuk mengkhayalkan secara hidup adegan dengan
hirarki yang lebih rendah. Tetapi penting jika pasien membayangkan adegan tanpa
ansietas sebelum dapat dicoba adegan berikutnya.
b.
Pengobatan disfungsi
sosial
Pendekatan
terapi perilaku terhadap pengobatan disfungsi seksual berdasarkan pada asumsi
bahwa disfungsi seksual merupakan perilaku maladaptif yang dopelajari. Terapi
ini terdiri dari penggunaan respons yang menyenangkan yang ditimbulakan oleh
keadaan terangsang untuk mengatasi dan menghambat respons ansietas yang cocok
dengan keadaan ini.
c.
Bukti ekonomis :
penguatan dan pemusnahan positif
Bukti ekonomis
adalah berdasarkan pada prinsip pengkondisian operan , yaitu frekuensi perilaku
tertentu akan mengkat bila diikuti dengan konsekuensi positif. Pasien diberikan
kesempatan untuk mendapatkan “pekerjaan” yang terdiri atas aktivitas perawatan
diri , seperti merawat , mengatur tempat tidurnya sendiri. Mereka dieberi penghargaan dengan bukti yang
dapat diubah dengan pokok yang
diinginkan.
d.
Terapi aversif
Berdasarkan
dimana banyak perilaku dibentuk untuk mengetahui konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
e.
Terapi membanjiri dan
implosif
Terapi ini
merupakan contoh terapi paparan dan secara klasik dipakai untuk mengobati
keadaan takut , karena merupakan desensitisasi sistemik. Terapi paparan
didasarkan pada paparan kronis terhadap stimulus ketakutan yang sesungguhnya.
Asumsinya adalah bahwa bila seseorang terpapar pada keadaan yang menakutkan
cukup lama dan ketakutan tidak diperkuat dan selanjutnya ketakutan tersebut
akan hilang dengan sendirinya.
f.
Pemodelan
Pada banyak
kasus pemodelan atau belajar observasional oleh Albert Bandura telah diperlibatkan
sebagai cara belajar yang lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan
cara pembelajaran penguatan. Pada pengobatan seorang anak dengan fobia ,
pemodelan yang dapat dimulai dengan mengamati apa yang difobiakan anak tersebut
dari jauh , kemudian dekati.
g.
Pengobatan gangguan
makan
Terdapat terapi
perilaku untuk pengobatan anoreksia nervosa , bulimia dan obesitas dan terutama
berdasarkan pada prinsip pengkondisian operan. Pasien anoreksia diberikan suatu
bobot sasaran dan diberikan hadiah untuk perolehan bobot dengan memberikan
hadiah.
h.
Kedokteran perilaku
Terapi perilaku
mempunyai banyak penerapan dalam pengobatan dan pencegahan gangguan medis.
Banyak dari masalah perilaku , demikian juga tekniknya , telah disebutkan.
Pelatihan relaksasi mungkin berguna pada penyakit hipertensi dan untuk
mengurangi rasa nyeri.
i.
Pelatihan pernyataan
tegas
Merupakan suatu
tipe pelatihan keterampilan sosial yang berdasarkan pada asumsi bahwa orang
mempunyai hak untuk menyatakan sikap , kepercayaan, dan keinginan mereka.
2.1.2 Contoh Penyakit Yang Dapat Diobati Dengan Terapi
Perilaku
·
Gangguan kegelisahan
·
Gangguan obsesif
kompulsif
·
Gangguan stress paska
taruma
·
Phobia sosial
·
Penyakit bipolar
·
Skizofrenia
·
Depresi
·
Gangguan kepribadian
·
Gangguan pola makan
·
Gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif
2.1.3 Cara Kerja Terapi Perilaku
Terapi perilaku menggunakan teknik yang beragam.
Teknik yang dipilih adalah teknik yang memiliki tingkat keberhasilan yang
paling tinggi, tergantung pada kondisi setiap pasien. Beberapa teknik yang
sering digunakan adalah :
·
Pengembangan mekanisme
pertahanan
·
Bermain peran
·
Metode relaksasi
·
Pengutaan positif
·
Pelatihan kemampuan
sosial
·
Terapi realitas visual
·
Modifikasi respon
·
Perjanjian kontrak
·
Terapi biofeedback
Terapi ini juga dapat menbantu pasien agar mereka
dapat menyadari kapan mereka membutuhkan bantuan medis serta mencari
pertolongan. Namun, tujuan yang paling penting adalah untuk mencegah pasien
melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri.
Terapi ini biasanya digabungkan dengan pemberian
obat-obatan yang harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter untuk mencegah
efek samping. Oleh karena itu, terapis perilaku dapat menurangi dosis obat
secara bertahap atau perlahan mengurangi peran obat-obatan dalam proses
pengobatan keseluruhan.
2.1.4 Komplikasi Dan Resiko Terapi Perilaku
Terapi perilaku memiliki resiko yang sangat kecil,
sedangkan sebagian besar komplikasi yang terjadi bersifat emosional, misalnya
luapan emosi atau kemarahan yang tidak terkendali, rasa sakit, dan menangis.
Walaupun bersifat emosional, seperti luapan perasaan yang tiba-ba muncul,
komplikasi-komplikasi ini dapat melelahkan bagi fisik pasien.
Terapi perilaku merupakan cara yang aman untuk
menangani penyebab utam dari suatu masalah, sehingga dapat menangani suatu
konsekuensi, baik emosional atau fisik, dsari masalah tersebut.
2.2 Terapi Keluarga
2.2.1 Konsep Terapi Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukumg
utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien.
Keluarga akan meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka sudah tidak sanggup
lagi merawatnya. Oleh karena itu,asuhan keperawatan yang brfokus pada keluarga
bukan hanya utntuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengataasi
masalah kesehatan keluarga tersebut.
2.2.2
Tujuan
Terapi Keluarga
Pentingnya
perawatan di lingkungan keluarga dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : keluarga
merupakan suatu konteks dimana individu memulai hubungan interpersonal.
Keluarga mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku klien (Clemen
& Buchman).
Jika
keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan jiwa pada suatu anggota
keluarga akan mengganggu semua sistem atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada anggota keluarga. Dari
kedua pernyataan di atas, dapat di simpulkan betapa pentingnya peran keluarga
pada peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian kembali setelah
selesai progam perawatan. Oleh karena itu keterlibatan keluarga dalam perawatan
sangat menguntungkan proses pemulihan klien
Perawat membantu keluarga agar
dapat/mampu melakukan lima tugas
kesehatan:
1.
Mengenal masalah
kesehatan
2.
Membuat keputusan
tindakan kesehatan
3.
Memberi perawaan pada
anggota yang sehat
4.
Menciptakan lingkungan
keluarga yang sehat.
5.
Menggunakan sumber yang
ada dalam masyarakat.
Peran Keluarga Dalam Terapi antara lain sebagai berikut:
1.
Membuat suatu keadaan
dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan
aktivitasnya.
-
Mengurangi rasa takut
-
Memberikan arahan
-
Menolong mereka dapat
merasa senang dengan proses terapinya
-
Menerima keahlian dan
melakukan perannya dengan baik
2.
Tidak merasa takut dan
mampu bersikap terbuka
-
Menyusun pertanyaan
utuk membantu mengurangi rasa takut
-
Menguatkan anggapan
anggota dan menanyakan anggapan individu
-
Mendapatkan fakta
tentang rencana proses, kelemahan dalam rencana, persepsi pribadi dan orang
lain, persepsi peran, komunikasi yang baik dan tekniknya, perasaan seksual dan
aktivitas
-
Merespon dengan
keyakinan hati anggota
3.
Membantu anggota
bagaimana memandang orang lain
-
Observasi sharing
bagaimana anggota memanifestasikan dirinya
-
Mengajarkan anggota
bagaimana mengobservasi sharing
mereka dengan orang lain
-
Menayangkan videotape atau autovisual yang mendukung visi keluarga
4.
Bertanya dan memberikan
informasi tak berbelit. Memudahkan dalam memberi dan menerima informasi yang
memudahkan bagi anggota keluarga untuk melakukannya.
2.2.3 Model Terapi Keluarga
Pada
saat ini kegiatan terapi keluarga telah dikembangkan beberapa pendekatan berupa
model-model terapi keluarga, diantaranya:
Teori Konsep Bowen
1. Pembeda
diri: menentukan bagaimana hubungan emosional dibentuk dan bagaimana
perkembangannya dari tiap individu.
Misalnya:
Menggali siapa saya? Apa peran saya? Hal yang membedakan saya dengan anggota
keluarga lainnya? (umur, tanggung jawab, kebutuhan) dikeluarga.
2. Triangle
dibentuk dari beberapa sistem emosi dan respon emosional automatik dalam
keluarga yang digunakan untuk mengatur dan meredam kecemasan dalam hubungan.
Menggali
bagaimana peran segitiga: Ayah, Ibu, dan Anak agar dapat mencapai keseimbangan
dan rasa aman dalam keluarga.
3. Dinamik
(bergerak): proses perpindahan beberapa generasi suatu keluarga. Isu dan
masalah dapat berubah dari generasi satu kelainnya begitu pula pola dari
hubungan. Menggali apa masalah dominan yang sering muncul dari generasi ke
generasi.
Misalnya:
Penyebab kecemasan keluarga adalah adanya masalah warisan yang belum selesai
pada generasi kakek. Jika pada ibu dan ayah masalah pernikahan. Pada anak
dominan masalah ke narkoba.
4. Posisi
sibling adalah seorang anggota
keluarga ada perhatian pada sibling lainnya.
Peran perawat menggali adakah dalam keluarga tersebut suasana plih kasih yang
dirasakan oleh anak tertentu?
Misalnya: Sistem
keluarga menjadi terganggu setelah perhatian ibunya tercurah pada anak yang
baru lahir sehingga terjadi pergeseran peran sebelumnya dan terganggunya
seluruh sistem keluarga.
5. Sistem
emosi nuclear family berarti
pengakjian diarahkan pada pola dari interaksi keluarga yang meliputi ayah, ibu,
anak tanpa ada pihak keluarga lain. Sehingga bentuk perhatian, kasih sayang,
komunikasi lebih terfokus pada keluarga inti. Perawat mencoba menganalisa siapa
sebenarnya keluarga inti dan mencoba mengesampingkan anggota lain yang bukan
keluarga inti.
a. Emosional
dihambat: antara keluarga inti mencoba untuk berltih menahan amarah, merubahnya
menjadi ungkapan kasih sayang dan saling perhatian. Hal ini agar keluarga bisa
memecahkan konflik secara hangat dan intim tanpa sifat emosional.
b. Proses
proyeksi keluarga: menggambarkan suatu kecemasan tentang isu yang ditransfer
melalui suatu generasi. Fokus telaahan dimana masalah yang belum tuntas pada
suatu generasi mungkin diwariskan pada generasi.
2.2.4
Terapi
Struktur Keluarga
a.
Konsep keluarga sebagai
suatu sistem sosisokultural terbuka digambarkan sebagai sarana dalam memenuhi
kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkuang apabila kebutuhan individu dan
anggota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak bisa saling menyesuaikan.
Misalnya penyesuaian pola makan dari latar belakang suami, istri, keponakan,
bibi atau anggota keluarga lain yang berbeda, penyesuain kondisi lingkungan dari
background yang berbeda, penyesuaian komunikasi dari pola asuh sebelumnya yang
berbeda.
b.
Fokus dari terapi
stuktur ini adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif atau perubahan
pola untuk memudahkan perkembangan. Untuk usaha terapi meliputi hubungan keluarga,
evaluasi stuktur dasar keluarga. Kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga
untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2.2.5
Strategi
terapi keluarga
·
Reframing
Dimana problem
ditegaskan kembali oleh ahli terapi/orang yang melakukan terapi sebagai sesuatu
yang dibutuhkan oleh keluarga.
Contoh: problem
yang mengandung arti positif merupakan suatu tipe reframing yang spesifik,
dikembangkan untuk mengartikan suatu masalah.
·
Pengendalian perubahan
Contoh: keluarga
diminta untuk melaksanakan beberapa tindakan dan target untuk mengatasi masalah
dalam beberapa minggu. Misalnya yang biasa tidak mencuci baju sendiri belajar
untuk mencuci baju.
·
Paradok (kotradiksi/pesan
pertentangan) :
Contoh: pertentangan keluarga yang
tinggi akan menyebabkan perubahan suatu respon. Anggota keluarga yang biasanya
dominan mencoba untuk tidak dominan, yang biasa mengatur berupaya untuk belajar
diatur, yang biasa banyak bicara berusaha
untuk mendengar dan sebagainya.
2.2.6 Tahapan
dalam Terapi Keluarga
Peran dan fungsi
perawat tergantung pada pendekatan terapi seperti dinyatakan pada beberapa
modal terapi. Aspek umum dari proses terapi meliputi :
a.
Permulaan
hubungan dan menjalin hubungan saling percaya
b.
Pengkajian
dan perencanaan
c.
Implementasi
dan tahap kerja
d.
Evaluasi
dan terminasi
Perawatan yang
disiapkan sebagai anggota tim yang melaksanakan intervensi keluarga atau
melaksanakan psiko education bekerja dibawah pengawasan dan petunjuk dari
perawat spesialis klinik psikiatrik atau spesialis kesehatan mental lainnya
yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam terapi keluarga.
2.2.7 Peran Perawat dalam Terapi Keluarga
Dengan bantuan perawat,
keluarga diharapkan mempunyai kemampuan mengatasi masalah dan memelihara
stabilitas dari status kesehatan
semaksimal mungkin. Newman menjelaskan strategi intervensi perawatan
keluarga yang lebih berfokus pada prevensi primer dan tersier, seperti :
1. Mendidik
kembali dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga misalnya perawat menjelaskan mengapa
komunikasi itu penting, apa visi seluruh keluarga, kesamaan harapan apa yang
dimiliki semua anggota keluarga.
2. Memberikan
dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan
dan usaha untuk berubah. Perawat meyakinkan bawha keluarga klien mampu memecahkan
masalah yang dihadapi anggotanya.
3. Mengkoordinasi
dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat menunjukkan institusi
kesehatan mana yang harus bekerja sama dengan keluarga san siapa yang biasa
diajak konsultasi.
4. Memberikan
pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui penyuluhan, perawatan
di rumah, pendidikan, dan sebagainya. Bila ada anggota keluarga yang kurang
memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga yang membutuhkan
perawatan.
5. Membangun
self esteem.
Ø Dengan
menyatakan “saya menghargai kamu”
Ø Mencantumkan
sesuatu yang berharga bagi seseorang
Ø Ajukan
pertanyaan yang dapat dijawab oleh anggota keluarga
Ø Menekankan
bawha ahli terapi dengan anggota keluarga sanggup belajar dari terapi
Ø Merespon
sebagai seseorang yang mengerti atau sungguh-sungguh dapat mengevaluasi
Ø Tidak
ada pencapaian hasil yang lalu
Ø Menanyakan
anggotan keluarga yang lain , apakah klien dapat membawa kebahagiaan bagi
anggota keluarga.
6. Menurunkan
ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
Ø Melihat
kembali aturan yang di rumah dimana semua anggota berpartisipasi
Ø Demokratis
Ø Meyakinkan
bawha tidak ada orang yang membicarakan atau menyingung orang lain
Ø Menolong
setiap orang berbicara dengan benar sehingga orang lain dapat mendengar
Ø Menggunakan
pendekatan humor
Ø Menciptakan
ketenangan untuk kontrol.
7. Menurunkan
ancaman dengan dengan struktur pembahasan yang sistematis.
Ø Memberitauhkan
tujuan dengan jelas sampai akhir terapi atau batas waktu untuk reevaluasi
Ø Memperlihatkan
keluarga sebagai suatu kesatuan bukan bagian
Ø Melihat
bagian atau sub sistem dari keluarga untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik
Ø Menurunkan
ancaman
Ø Diskusikan
marah dan ketersinggungan secara terbuka.
8. Pendidikan
ulang anggota untuk bertanggung jawab.
Ø Mengingatkan
anggota keluarga bawha mereka dapat merubah diri mereka
Ø sendiri.
Ø Keterbukaan
antara anggota keluarga.
Proses perawatan yang melibatkan klien dan keluarga
akan membantu proses intervensi dan menjaga agar klien tidak kambuh kembali
setelah pulang. Khusus untuk keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan
jiwa, sangat penting merencanakan pulang klien dengan keluarganya . Jiip dan
Sine (1986) mengemukakan tujuan rencana pulang klien sebagai berikut:
1.
Menyiapkan klien dan
keluarga secara fisik dan sosial serta psikologi
2.
Meningkatkan
kemandirian klien dan keluarga
3.
Menyelenggarakan
rentang perawatan antara rumah sakit dan masuyrakat
4.
Melaksanakan proses
pulang yang bertahap.
·
Perawat Mengkaji
Indikasi Terapi Keluarga
Terapi keluarga berguna untuk klien yang :
1. Segan
terhadap psikoterapi individu karena takut , tidak percaya pada terapi,
menentang keras tetapi, melawan figure orangtua.
2. Tidak/kurang
berpengalaman dengan saudara-sadaranya mempunyai pertentangan dengan anggota
keluarga lain tidak/sukar menyesuaikan diri dalam keluarga.
3. Ada
salah satu anggota keluarga yang mempunyai inteligensi rendah atau komunikasi
keluarga yang terhambat.
·
Melibatkan Keluarga
dalam Mencegah Klien Kambuh
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan
klien dan merupakan “perawat utama” bagi klien. keluarga berperan dalam
menentukan cara atau asuhan yang diperlukan
klien di rumah. Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia-sia jika
tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan
meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan
dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan
jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat
dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan linkungannya. Keluarga
merupakan “institusi” pendidikan utama
bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan
perilaku (Clement dan Buchanan, 1982:171).
Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga,
dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku
tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu unruk berperan di masyarakat.
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sitem maka gangguan yang terjadi pada
salah satu anggota merupakan salah satu anggota, dapat mempengaruhi seluruh
sistem, seqbaliknya disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan
pada anggota.
Pelayanan kesehatan jiwa yang ada merupakan
fasilitas yang membantu klien dan keluarga dalam mengembangkan kemampuan
mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan
keadaan adaptif. Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah
keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rimah
(Sullinger,1988).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Terapi
perilaku adalah pengobatan yang didasarkan pada kepercayaan bahwa perilaku
seseorang sangat berkaitan atau dipengaruhi oleh masalah psikologisnya. Oleh
karena itu, perilaku yang bermasalah bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang
melainkan akibat dari pembelajaran, lingkungan, dan pengaruh dari luar
Jenis Terapi Perilaku
a.
Desensitisasi
sistematik
b.
Pengobatan disfungsi
sosial
c.
Bukti ekonomis :
penguatan dan pemusnahan positif
d.
Terapi aversif
e.
Terapi membanjiri dan
implosif
f.
Pemodelan
g.
Pengobatan gangguan
makan
h.
Kedokteran perilaku
Contoh Penyakit Yang Dapat Diobati
Dengan Terapi Perilaku
·
Gangguan kegelisahan
·
Gangguan obsesif
kompulsif
·
Gangguan stress paska
taruma
·
Phobia sosial
·
Penyakit bipolar
·
Skizofrenia
·
Depresi
·
Gangguan kepribadian
·
Gangguan pola makan
·
Gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif
Komplikasi
Dan Resiko Terapi Perilaku
Terapi perilaku memiliki resiko yang sangat kecil,
sedangkan sebagian besar komplikasi yang terjadi bersifat emosional, misalnya
luapan emosi atau kemarahan yang tidak terkendali, rasa sakit, dan menangis.
Walaupun bersifat emosional, seperti luapan perasaan yang tiba-ba muncul,
komplikasi-komplikasi ini dapat melelahkan bagi fisik pasien.
Terapi
Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukumg utama yang
memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Keluarga
akan meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka sudah tidak sanggup lagi
merawatnya. Oleh karena itu,asuhan keperawatan yang brfokus pada keluarga bukan
hanya utntuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengataasi masalah
kesehatan keluarga tersebut.
Pentingnya
perawatan di lingkungan keluarga dapat dipandang dari berbagai segi yaitu : keluarga
merupakan suatu konteks dimana individu memulai hubungan interpersonal.
Keluarga mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku klien (Clemen
& Buchman).
Model Terapi
Keluarga
Teori Konsep Bowen
·
Pembeda diri
·
Triangle
·
Dinamik (bergerak)
·
Posisi sibling
·
Sistem emosi nuclear family
Terapi
Struktur Keluarga
a.
Konsep keluarga sebagai
suatu sistem sosisokultural terbuka digambarkan sebagai sarana dalam memenuhi
kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkuang apabila kebutuhan individu dan
anggota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak bisa saling menyesuaikan.
Misalnya penyesuaian pola makan dari latar belakang suami, istri, keponakan,
bibi atau anggota keluarga lain yang berbeda, penyesuain kondisi lingkungan
dari background yang berbeda, penyesuaian komunikasi dari pola asuh sebelumnya
yang berbeda.
b.
Fokus dari terapi
stuktur ini adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif atau
perubahan pola untuk memudahkan perkembangan. Untuk usaha terapi meliputi
hubungan keluarga, evaluasi stuktur dasar keluarga. Kemampuan dan upaya seluruh
anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
Strategi
terapi keluarga
·
Reframing
·
Pengendalian perubahan
·
Paradok (kotradiksi/pesan
pertentangan)
Tahapan dalam Terapi Keluarga
Peran dan fungsi
perawat tergantung pada pendekatan terapi seperti dinyatakan pada beberapa
modal terapi. Aspek umum dari proses terapi meliputi :
a.
Permulaan
hubungan dan menjalin hubungan saling percaya
b.
Pengkajian
dan perencanaan
c.
Implementasi
dan tahap kerja
d.
Evaluasi
dan terminasi
Peran
Perawat dalam Terapi Keluarga
Dengan bantuan perawat, keluarga diharapkan
mempunyai kemampuan mengatasi masalah dan memelihara stabilitas dari status kesehatan semaksimal mungkin. Newman menjelaskan
strategi intervensi perawatan keluarga yang lebih berfokus pada prevensi primer
dan tersier, seperti :
a.
Mendidik kembali dan
mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga
b.
Memberikan dukungan
kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha
untuk berubah
c.
Mengkoordinasi dan
mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan
d.
Memberikan pelayanan
prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui penyuluhan, perawatan di rumah,
pendidikan, dan sebagainya
e.
Membangun self esteem
f.
Menurunkan ancaman
dengan latar belakang aturan untuk interaksi
g.
Menurunkan ancaman
dengan dengan struktur pembahasan yang sistematis
h.
Pendidikan ulang
anggota untuk bertanggung jawab
3.2
Saran
Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai
penulis menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan
makalah ini.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari para pembaca sekalian, agar dalam pembuatan makalah kami
selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.
No comments:
Post a Comment