BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia sering tidak bisa dipisahkan
dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam
kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan
erat dengan stimulusu psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,
karena lingkungan tersebut akan memberi dampak baik pada kondisi fisik maupun
psikologis seseorang.
Lingkungan dan situasi rumah sakit yang
asing serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh
yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gan gguan fisik dan
gangguan mental. Lingkungan tersebut akan berpengaruh pula pada proses
perawatan di rumah sakit, hal ini pada akhirnya akan menentukan keberhasilan
perawatan dan pengobatan.
Adanya kecenderungan lingkungan rumah
sakit menjadi stressor bagi pasien seperti banyaknya keluhan masyarakat yang
menyatakan rumah sakit bau alkohol, bau darah, bau obat, semrawut, dengan lalu
lalang pengnjung dan petugas kesehatan, warna yang monoton, udara yang
terbatas, dan limbah medis yang berbahaya. Hal tersebut bertolak belakang
dengan tujuan penyuluhan pasien, dimana pasien yang sedang sakit membutuhkan
suasana yang nyaman, sejuk, aman terhindar dari kebisingan, terhindar dari rasa
sakit yang berlebihan, mendapatkan bau yang nyaman serta terhindar dari lalu
lalang, karena pasien yang sedang mengalami kelemahan fisik dan kerusakan
sel-sel tubuh membutuhkan waktu istirahat yang berfungsi untuk pemulihan dan
proses poliferasi sel yang rusak. Pasien harus terhindar dari kebisingan,
kepadatan, membutuhkan temperatur yang nyaman, dan pencahayaan yang cukup.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami
akan membahas mengenai terapi lingkungan yang baik untuk pasien yang sedang
mengalami masalah dikejiwaannya.
1.2
Rumusan Masalah
(1)
Apa
pengertian terapi lingkungan?
(2)
Apa
saja tujuan dari terapi lingkungan?
(3)
Apa
saja faktor yang mempengaruhi terlaksananya terapi lingkungan?
(4)
Apa
saja karakteristik dari terapi lingkungan?
(5)
Apa
jenis-jenis lingkungan?
(6)
Apa
saja model terapi lingkungan?
(7)
Apa
saja jenis kegiatan dalam penatalaksanaan terapi lingkungan?
(8)
Bagaimana
peran perawatan dalam terapi lingkungan?
(9)
Bagaimana
penatalaksanaan terapi lingkungan pada klien kondisi khusus?
(10)
Bagaimana
terapi lingkungan rawat inap di RS?
1.3
Tujuan
(1)
Memahami
dan menjelaskan pengertian terapi lingkungan
(2)
Memahami
dan menjelaskan tujuan terapi lingkungan
(3)
Memahami
dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi terapi lingkungan
(4)
Memahami
dan menjelaskan karakteristik terapi lingkungan
(5)
Memahami
dan menjelaskan jenis-jenis lingkungan
(6)
Memahami
dan menjelaskan model terapi lingkungan
(7)
Memahami
dan menjelaskan jenis kegiatan terapi lingkungan
(8)
Memahami
dan menjelaskan peran perawatan dalam terapi lingkungan
(9)
Memahami
dan menjelaskan terapi lingkungan pada klien kondisi khusus
(10)
Memahami
dan menjelaskan terapi lingkungan rawat inap di rs
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Terapi Lingkungan
Sistem
lingkungan terdiri dari sistem internal dan eksternal. Sistem internal manusia
terdiri atas jenis-jenis subsistem yang meliputi biological, psycological,
sosiological, dan spiritual. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi; sesuatu
diluar batas sistem internal seperti: udara, iklim, air, bangunan termasuk
diantanya hal yang tidak dapat diraba seperti : sosial, budaya, politik dan
ekonomi. Menurut Murray, lingkungan eksternal juga mencakup: stimulus, objek,
dan orang lain secara pribadi. Lingkungan diartikan sebagai lingkungan fisik
dan psikologi, termasuk masyrakat.
Terapi/pengobatan merupakan
cara proses penyembuhan suatu gangguan yang disebabkan oleh sumber-sumber
gangguan. Sumber-sumber yang bersiat terapeutik dapat berupa orang di
lingkungan atau benda-benda dan kegiatan-kegiatan yang membawa kearah
penyembuhan. Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada dilingkungan dan berpengaruh
pada proses penyembuhan. Terapi lingkungan(mileu therapy) brasal dari Bahasa
perancis yang berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang
bersifat terapeutik.
Menurut teori
keperawatan lingkungan yang dikemukakan oleh Florence Nightingale, meyakini
bahwa udara yang bersih, sinar matahari yang cukup, serta lingkungan yang
bersih merupakan aspek penting untuk pemulihan kesembuhan seseorang. Ia
menyatakan bahwa pasien-pasien yang ditempatkan dalam lingkungan yang bersih,
udara yang cukup, kelembaban yang sesuai, bau yang wangi dapat mencegah
kematian.
Nightingale
percaya bahwa tubuh manusia memiliki daya penyembuh dan tugas perawat beserta
tim kesehatan hanyalah menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung
penyembuhan alamiah tersebut. Konsep ini memfokuskan peran perawat dalam
memodifikasi lingkungan fisik yang akan berdampak pada biokomiawi tubuh seperti
kadar cortisone dan adrenaline yang normal, serta berdampak pada psikologis
klien seperti perasaan aman (safety need), terbebas dari kecemasan.
Modifikasi lingkungan menurut Florence adalah:
a) Udara
yang bersih (pure air)
b) Air yang
jernih dan sehat (pure water)
c) Pembuangan
yang aman dan memadai (efficient drainage)
d) Keadaan
lingkungan yang bersih (clienline)
e) Sinar
matahari atau cahaya yang cukup (light)
2.2
Tujuan Terapi Lingkungan
Tujuan terapi lingkungan
menurut stuart dan sundeen ( 1995) :
a.
Mempersiapkan diri untuk
kembali kemasyarakat.
b.
Membantu belajar mempercayai
orang lain.
c.
Mengembangkan kompnen untuk
berhubungan dengan orang lain.
d.
Meningkatkan fungsi
psikologis.
e.
Mengembangkan motivasi.
f.
Menumbuhkan sikap percaya
pada orang lain.
g.
Mempersiapkan diri kembali
kemasyarakat.
h.
Mencapai perubahan kesehatan
yang positif.
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Terapi
Lingkungan
2.3.1 Faktor
predisposisi
Pasien gangguan mental sering mendapat isolasi
sosial, diasinglan lingkungan, terbuang dari keluarga dan mendapat perlakuan fisik
yang kurang manusiawi, sehingga pentingnya terapi lingkungan pada pasien dapat
membantu secara psikologi pasien. Dengan demikian peran perawat, dokter dan
psikolog sangat membantu.
2.3.2 Faktor
presipitasi
Lingkungan dan situasi yang asing, serta
pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar
terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan ganggun fisik dan gangguan mental.
Lingkungan tersebut akan berpengaruh pula pada proses keperawatannya dirumah
sakit.
2.4
Karakteristik Terapi Lingkungan
Karakteristik sebagai lingkungan terapeutik:
a. Pasien
merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya
b. Pasien
merasa senang dan nyaman dan tidak merasa takut dengan lingkungan.
c. Kebutuhan-kebutuhan
fisik pasien mudah dipahami
d. Lingkungan
rumah sakit atau bangsal yang bersih
e. Personal
dari lingkungan rumah sakit atau bangsal menghargai pasien sebagai individu
yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien
sebagai respon adanya stress.
Karakteristik
terapi lingkungan:
a. Memudahkan
perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu da kelompok selama 24 jam.
b. Adanya
proses pertukaran informasi
c. Pasien
merasakan keakraban dengan lingkungan lingkungan
d. Pasien
merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik dari ancaman psikologis
maupun ancaman fisik.
e. Penekanan
pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus pada komukasi terapeutik.
f. Staf
membagi tanggung jawab bersama pasien.
g. Personal
dari lingkungan menghargai klien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan
dan tanggung jawab.
h. Kebutuhan
fisik klien mudah terpenuhi.
2.5
Jenis-Jenis Lingkungan
1.5.1
Lingkungan
Fisik
Meliputi bentuk
dan struktur bangunan serta pola interksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
1)
Lingkungan fisik tetap
Mencakup
struktur dari bangunan baik eksternal yaitu bangunan rumah sakit, letak gedung
sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa
masyarakat, maupun internal gedung meliputi penatalaksaan struktur sesuai
keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi
tertutup, WC, dan ruang makan. Setiap rungan harus dilengkapi dengan jadwal
kegiatan harian, jadwal terapi aktifitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga,
dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
2)
Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas
berupa alat rumah tangga meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur,
peralatan makan, mandi, dan sebagainya.
3)
Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih
ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu, serta sangat dipengaruhi
oleh sosial budaya.
1.5.2
Lingkungan
Psikologis
Lingkungan
yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien berhubungan
dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien :
1)
Tingkah laku dikomunikasikan
dengan jelas untuk mepertahankan, mengubah tingkah laku pasien selama ini.
2)
Penerimaan dan pemeliharaan
tingkah laku pasien.
3)
Perubahan tingkah laku klien
tergantung dari partisipasi petugas
kesehatan dan kegiatan pasien dalam belajar.
4)
Kegiatan sehari-hari
mendorong interaksi antasa pasien.
5)
Mempertahankan kontak dengan
lingkungan.
2.6
Model Terapi Lingkungan
2.6.1 Terapi
moral
Model
ini biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang
dosa dan individu. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila model terapi
moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk
berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
2.6.2 Model
terapi sosial
Model
ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap
obat-obatan dipandang sebagai penyimpangan sosial. Tujuan dilakukan terapi ini
adalah mengarahan perilaku menyimpang terhadap perilaku sosial yang lebih baik.
Tujuan lain yaitu melati pertanggung jawaban sosial setiap individu sehingga
kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung jawab bersama.
2.6.3 Model
terapi psikologis
Model ini mementingkan penyembuhan emosional
dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat
dikendalikan, maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan.
Terpi ini biasanya berupa konseling pribadi baik pusat rehabilitasi maupun
dalam terapi pribadi.
2.6.4 Model
terapi budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku
adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau
kebudayaan tertentu. Dasar pemikirannya adalah praktik penyalahgunaan narkoba
oleh anggota keluarga tertentu merupakan hasil akumulasi dari semua
permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan sehingga model ini
banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para
pecandu narkoba.
2.7
Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
2.7.1 Terapi
rekreasi ,yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang dengan tujuan
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktifdan menyenangkan,serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial.pada proses terapi perawat harus dapat
menyesuaikan kegiatan dengan tingkatan umur,misalnya untuk remaja yang
membutuhkan kegiatan yang mengeluarkan banyak energi,seperti basket
dll,sementara untuk orang tua dapat mengeluarkan banyak tenaga misalnya bermain
kartu dll
2.7.2 Terapi
kreasi seni, perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama
dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat
dan minat misalnya sebagai berikut:
a. Dance
therapy/menari
Suatu terapi yang menggunakan bentuk
ekspresi non verbal dengan menggunakan gerakan tubuh diaman mengkomunikasikan
tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan
b. Terapi
musik
Terapi ini dilakukan melalui musik.
Dengan musik memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan-perasaannya seperti marah, sedih, dan kesepian. Pelaksanaan terapi ini
dapat dilakukan bersama atau individual.
c. Terapi
dengan menggambar/ melukis
Dengan menggambar /melukis akan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang
sedang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar juga akan menurunkan tegangan
dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
d. Literatur/
biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti
novel, majalah, buku-buku, dan kemudian mendiskusikan diantara pasien
pendapat-pendapat terhadap topik yang di baca. Tujuan dari terapi ini adalah
mengembangakan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan atau pikiran
dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
e. Pet
theraphy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi
respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang
dan pasien biasanya ,merasa kesepian, menyendiri. Sarana yang dipergunakan
dalam terapi ini adalah binatang-binatang dimana dapat memberikan respon
menyenangkan kepada pasien, sering kali digunakan pada pasien anak dengan
autistik.
f. Plant
theraphy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar
pasien untuk memelihara segala sesuatu atau makluk hidup, dan membantu hubungan
yang akrab anatara satu pribadi pada pribadi lain.
2.8
Peran Perawatan dalam Terapi Lingkungan
2.8.1 Pencipta
lingkungan yang aman dan nyaman
·
Perawat menciptakan dan
mempertahankan iklim/suasana yang akrab,menyenangkan, saling menghargai
diantara sesama perawat, petugas kesehatan dan pasien.
·
Perawat yang menciptakan
suasana yang nyaman aman dari benda-benda atau keadaan yang menimbulkan
terjadinya kejelakaan atau luka terhadap pasien dan perawat.
·
Menciptakan suasana yang
nyaman.
·
Pasen diminta berpartisipasi
melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dia
lakukan dirumah.
2.8.2 Penyelenggaraan
proses sosialisasi
·
Membantu pasien belajar
berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan
harga diri dan berguna bagi orang lain.
·
Mendorong pasien untuk
berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan, dan perilakunya secara terbuka sesuai
dengan aturan didalam kegiatan tertentu.
·
Melalui sosialisasi pasien
belajar tentang kegiatan-kegiatan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai
dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
2.8.3 Sebagai
teknis keperawatan
Selama proses terapi lingkungan
fungsi perawat adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan dari pasien,
memberikan obat-obatan yang telah di tetapkan, mengamati efek obat dan
perilaku-perilaku yang menonjol atau menyimpang serta mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
2.8.4 Sebagai
leader atau pengelola.
Dalam melaksanakan terapi
lingkungan perawat harus mampu mengelolah sehingga tercipta lingkungan
terapeutik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik
maupun secara psikologis kepada pasien.
2.9
Terapi Lingkungan pada Klien Kondisi
Khusus
2.9.1 Pasien
rendah diri(low self esteem),depresi(depression) ,dan bunuh diri(suicide)
Syarat lingkungan
secara psikologi harus memenuhi hal-hal sbb:
a. Ruangan
aman dan nyaman
b. Terhindar
dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendri atau orang
lain
c. Alat-alat
medis ,obat-obatan,dan jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci
d. Ruangan
harus ditempatkan dilantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh
petugas kesehatan
e. Tata
tuangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan
gairah hidup pasien
f. Warnah
dinding cerah
g. Adanya
bacaan ringan,lucu,dan motivasi hidup
h. Hadirkan
musik ceria,tv dan film komedi
i. Adanya
lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi pasien
Syarat
lingkunga secara sosial sbb:
a. Komunikasi
terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin
b. Memberikan
penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis
lainnya
c. Menerima
pasien apa adanya,jangan mengejek atau merendahkan
d. Meningkatkan
harga diri pasien
e. Membantu
menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
f. Membantu
pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya
g. Sertakan
keluarga dalam rencana asuhan
keperawatan ,jangan membiarkan pasien terlalu lama didalam ruangannya
2.9.2 Pasien
dengan amuk
Syarat lingkungan fisik
sbb:
a. Ruangan
aman,nyaman dan mendapat pencahayaan yang cukup
b. Pasien
satu kamar,satu orang ,bila sekamae lebih dari satu jangan dicampur antara yang
kuat dan yang lemah
c. Ada
jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci
d. Tersedia
kebijakan dan prosedur dengan protokol pengikatan dan pengasingan secara
aman,serta protokol pelepasan pengikatan
Syarat
lingkungan psikologis sbb;
a. Komunikasi
terapeutik ,sikap bersahabat dan perasaan empati
b. Observasi
pasien setiap 15 menit
c. Jelaskan
tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang
d. Penuhi
kebutuhan fisik pasien
e. Libatkan
keluarga
f. Pasien
merasa aman atau tenag dan tidan merasa takut
g. Dilingkunga
rumah sakit atau bangsal yang bersih
h. Tingkah
laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan lingkunga atau mengubah
tingkah laku pasien
i. Tat
ruangan menarik dan poster yang cerah akan meningkatkan gairah terhadap pasien
2.10 Terapi
Lingkungan Rawat Inap di RS
Pada 1980-an
asuhan rawat inap pisikiatri masih merupakan mode utama terapi untuk penderita
gangguan jiwa (McGihon, 1999). Unit sikiatri khusus menekankan “ terapi bicara
“ atau interakasi satu-satu dengan staf, dan terapi lingkungan, yakni
lingkungan secara total dan efeknya pada pengobatan klien. Interaksi kelompok
dan interaksi individual berfokus pada pembinaan rasa saling percaya, sikap
saling membuka diri antara pasien dan staf, dan partisipasi aktif dalam
kelompok. Terapi lingkungan yang efektif memerlukan waktu rawat inap lebih lama
karena pasien yang lebih stabil membantu membina hubungan dan memberi dukungan
kepada pasien yang lebih akut, yang baru masuk rumah sakit (McGihon, 1999).
Pada tahun
1990-an, ekonomi perawatan kesehatan mulai mengalami perubahan secara dramatis
dan lama rawat inap berkurang menjadi hanya beberapa hari. Di negara maju
saatini menggunakan beberapa bentuk asuransi managed care, yang mengubah terapi secara siknifikan. Managed care melakukan upaya
pengontrolan biaya seperti sertifikasi ulang pendaftaran di rumah sakit, utilization review, dan managemen kasus.
Pertumbuhan Managed caredikaitkan
dengan berkurangnya jumlah pasien yang masuk rumah sakit, waktu rawat inap
lebih singkat, reimbursemen
berkurang, dan acuity rawat inap
meningkat. Oleh karena itu, klien merasa aman ketika masuk rumah sakit dan
tidak menginap lama di rumah sakit.
McGihon
(1999) berpendapat bahwa unit rawat inap di rumah sakit perlu mengubah
pendekatan menjadi asuhan rawat inap jika ingin efektif (yakni, jika unit
tersebut ingin memenuhikebutuhan klien dengan memberi batasan masuk rumah sakit
dan lama rawat inap). Ia yakin bahwa unit masih mecoba menggunakan pendekatan
terapi lingkungan yang tidak lagi peraktis atau efektif untuk rawat inap. Saat
ini unit rawat inap harus melakukan pengkajian secara cepat, menstabilkan
gejala, menyusun perncanaan pulang, dan unit tersebut harus mencapai tujuan ini
dengan cepat.
Untuk
mencapai tujuan ini, McGihon mengajukan model PACED, suatu pendekatan
multidisiplin yang berpusat pada pasien untuk mengupayakan lama rawat inap yang
singkat. Manajeman kasus adalah konsep
kursial lain dari model ini. Manajemen kasus, yang seringkali adalah
perawat atau pekerja sosial, mengikuti pasien sejak masuk rumah sakit sampai
pulang dan berperan sebagai penghubung klien dengan sumber-sumber masyarakat,
perawatan dirumah, dan pembayar pihak ketiga.
Model
PACED untuk terapi rawat inap psikiatri :
·
Berpusat pada pasien
·
Pengkajian dan
stabilisasi gejala dilakukan melalui intervensi singkat, medikasi, dan
pemeriksaan yang dilakukan tepat pada waktunya.
·
Managemen kasus,
dimulai saat pasien masuk rumah sakit, menyusun tujuan terapi jangka pendek,
dan merencanakan perawatan tindak lanjut.
·
Evaluasi hasil
·
Perencanaan pulang dan
tindak lanjut dalam sistem pemberian perawatan kesehatan yang terintegrasi.
Model
perawatan PACED bukan satu-satunya model keperawatan yang menyatakan pentingnya
perencanaan pulang. Gantt at all (1999) menulis bahwa “ ketika fokus asuhan
rawat inap psikiatri bergeser ke penekanan pada penyembuhan gejala akut secara
cepat dan perubahan yang cepat ke intervensi terapi yang lebih murah dan lebih
sedikit, karena peran perencanaan ulang bahkan menjadi lebih penting”.
Keadekuatan perencanaan pulang merupakan alat prediksi yang lebih baik untuk
memperkirakan lama individu dapat tinggal di masyarakat dibandingkan dengan
indicator klinis sebagai diagnosis psikiatri (Caton & Gralnick, 1987).
Hambatan
pada keberhasilan perencanaan pulang meliputi penyalagunaan obat dan alcohol,
perilaku criminal atau perilaku kekerasan, ketidakpatuhan terhadap pengobatan,
dan pikiran bunh diri. Individu yang pulang dengan perencanaan yang terbatas,
kembali masuk rumah sakit ebih cepat dan lebih sering daripada mereka yang
memiliki perencanaan pulang yang lebih baik. Membuat perencanaan pulang yang
berhasil, yang memberi pelayanan dan tempat tinggal yang optimal sangat penting
jika penderita gangguan jiwa akan berintegrasi dengan masyarakat. Pendekatan
holistic untuk reintegrasi penderita gangguan jiwa kedalam masyarakat adalah
satu-satunya cara yang dapat mencegah penderita tersebut masuk kembali ke rumah
sakit dan dapat meningkatkan kualitas hidup klien.
Gibson
mengidentifikasi program terapi masyarakat asertif (assertive community
treatment, ACT) sebagai program yang menyediakan paling banyak layanan yang
diperlukan untuk menghentikan klien berulang kali masuk rumah sakit karena
upaya untuk hidup di masyarakat tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah tindakan
memanipulasi lingkungan klien untuk proses penyembuhan. Lingkungan yang
dimanipulasi antara lain adalah lingkungan fisik dan psikososial. Jenis
kegiatan yang dapat dipilih, antara lain terapi kreasi dan rekreasi. Peran perawat
dalam terapi lingkungan ini adalah sebagai pencipta lingkungan yang aman dan
nyaman, penyelenggaraan proses sosialisasi, sebagai teknis keperawatan, dan
sebagai leader atau pengelola.
3.2
Saran
Sebaiknya seluruh tenaga kesehatan
sungguh mampu mendukung dan menjalankan peran profesi masing-masing dalam
terapi terhadap orang dengan gangguan jiwa terutama dalam mendukung
pemanipulasian lingkungan sekitar klien.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati,
Farida dan Hartono, Yudi. (2011). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Nasil, Abdul dan
Muhith, Abdul. (2011). Dasar-Dasar
Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Susana, Sarka
Ade. (2011). Terapi Modalitas:
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila.
(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
No comments:
Post a Comment