Thursday 17 May 2018

MAKALAH KESEHATAN JIWA "OKUPASI TERAPI DAN REAHABILITASI"

OKUPASI TERAPI DAN REAHABILITASI
SEMESTER 4

Oleh :

Ni Made Tia Wedana Wati              (201602040)
Ni Putu Dhea Mayvitana                  (201602041)
Renhard Kevin                                  (201602042)
Riska Oktavia Cahyani                    (201602043)
Rufina Puspita Dewi                         (201602044)
Rurin Septiana Putri                        (201602045)
Ruth Julita Nabu                              (201602046)
Sri Dharma Yanti                             (201602047)
Steven Yhoga Pratama                     (201602048)
Theresia Catherina Humau             (201602049)
Theresia Mulyanthi                           (201602050)
Tota Debora Br Saragih                   (201602052)
Yustina Anita                                    (201602053)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2018

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah yang berjudul “Okupasi Terapi Dan Reahabilitasi”. Dan harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, untuk ke depannya. Kerena kererbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran kepada pembaca untuk membangun kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, Mei 2018

Tim Penyusun



Daftar Isi

Kata pengantar................................................................................................................ ii
Daftar isi......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Definisi Terapi Okupasi............................................................................................. 3
2.1.1 Kapan Terapi Okupasi Dilakukan / Dimulai?......................................................... 5
2.1.2 Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Medis............................................... 6
2.1.3 Fungsi Dan Tujuan Terapi Okupasi........................................................................ 7
2.1.4 Peranan Terapi Okupasi Atau Pekerjaan Dalam Pengobatan................................. 8
2.1.5 Indikasi Terapi Okupasi....................................................................................... 12
2.1.6 Proses Terapi Okupasi.......................................................................................... 12
2.1.7 Pelaksanaan Terapi Okupasi................................................................................. 14
2.2 Terapi Rehabilitasi................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 18
3.2 Saran........................................................................................................................ 18

Daftar Pustaka............................................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Terapi Okupasi adalah suatu upaya terapi yang melibatkan penggunaan aktivitas terapeutik dan diterapkan kepada pasien dengan gangguan fisik maupun mental dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, mencegah kecacatan baru serta meningkatkan taraf kesehatan.
Pekerjaan atau okupasi sejak dahulu kala telah dikenal sebagai suatu untuk mempertahankan hidup atau survival dan juga diketahui sebagai sumber kesenangan. Dengan bekerja, seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya misalnya, dengan melakukan permainan, latihan gerak badan, kerajinan tangan dan lain-lain, dimana hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di China berpendapat bahwa penyakit timbul karena ketidakefektifan organ tubuh. Socrates dan Plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu mengajurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya. Di Mesin dan Yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah satu media terapi yang ampuh misalnya menari, bermain musik, bermain boneka untuk anak-anak, dan bermain bola.
Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan dengan okupasi atau pekerjaan pasien jiwa akan dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya sekaligus memelihara dan mempraktekkan keahliannya yang dimiliki sebelum sakit hingga dia akan tetap sebagai seorang yang produktif.
Pada tahun 1982 Adolf Mayor melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan baik yaitu dengan melakukan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Masih banyak lagi ahli-ahli yang terkenal yang berjasa dalam pengembangan okupasi terapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental.
Terapi rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri dari usaha medik, sosial, edukasional, dan vokasional untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1        Apa Definisi Terapi Okupasi ?
1.2.2        Kapan Terapi Okupasi Dilakukan / Dimulai ?
1.2.3        Apa Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Medis ?
1.2.4        Apa Fungsi Dan Tujuan Terapi Okupasi ?
1.2.5        Apa Peranan Terapi Okupasi Atau Pekerjaan Dalam Pengobatan ?
1.2.6        Bagaimana Indikasi Terapi Okupasi ?
1.2.7        Bagaimana Proses Terapi Okupasi ?
1.2.8        Bagaimana Pelaksanaan Terapi Okupasi ?
1.2.9        Bagaimana Terapi Rehabilitasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1        Mengetahui Definisi Terapi Okupasi
1.3.2        Mengetahui Kapan Terapi Okupasi Dilakukan / Dimulai?
1.3.3        Mengetahui Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Medis
1.3.4        Mengetahui Fungsi Dan Tujuan Terapi Okupasi
1.3.5        Mengetahui Peranan Terapi Okupasi Atau Pekerjaan Dalam Pengobatan
1.3.6        Memahami Indikasi Terapi Okupasi
1.3.7        Memahami Proses Terapi Okupasi
1.3.8        Memahami Pelaksanaan Terapi Okupasi
1.3.9        Memahami Terapi Rehabilitasi



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Terapi Okupasi
Terapi Okupasi adalah suatu upaya terapi yang melibatkan penggunaan aktivitas terapeutik dan diterapkan kepada pasien dengan gangguan fisik maupun mental dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, mencegah kecacatan baru serta meningkatkan taraf kesehatan.
Terapi okupasi berasal dari kata occupational Therapy. Occupational berarti suatu pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, arti terapi okupasi adalah perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita pada aktivitas selektif, agar kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah kecacatan melalui kegiatan dan kesibukan kerja untuk penderita cacat mental maupun fisik. Terapi okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan dalam melakukan aktifitas perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan dalam aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan dari pelatihan terapi okupitas itu snediri adalah untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin dari kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental. (Nasir&Muhith,2011:258)
Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang telah dianalisis dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai kebutuhan khususnya. Secara garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut :
1. Kemampuan (Abilities)
a)      keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reaction)
b)      peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength)
c)      3. kesadaran anggota tubuh (body awareness)
d)     4. kemampuan keterampilan motorik halus (fine motor skill) seperti memegang atau melepas, keterampilan manipulasi gerak jari, misal penggunaan pensil, gunting, keterampilan menulis dan lain-lain.
e)      Kemampuan ketrampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari, lompat, naik turun tangga, jongkok, jalan, dan lain-lain.
f)       Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
g)      Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration )
h)      Perilaku termasuk level kesadaran, problem solving skill, dll.
2. Keterampilan (Skill)
a)      Aktivitas sehari-hari (activity daily living), seperti makan, minum, berpakaian, mandi, dll.
b)      Pre-academic skill
c)      Ketrampilan sosial
d)     Ketrampilan bermain
3. Faktor Lingkungan
a)      Lingkungan fisik
b)      Situasi keluarga
c)      Dukungan dari komunitas
4. Okupasi Terapis sebagai konsultan
Okupasi terapis sebagai konsultan pada area berikut ini.
a)      Program intervensi awal
b)      Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain
c)      Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar
d)     Alat bantu
e)      Strategi perilaku
Anak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu penanganan terapi okupasi.
1.      Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola, dll
2.      Ketrampilan motorik halus seperti ketrampilan memegang pensil, hasil tulisan tidak rata tebal tipisnya, dll
3.      Hiperaktif atau hipoaktif
4.      Tidak mampu menjaga proses berbahasa
5.      Tidak mampu menjaga dan mengatur posisi saat belajar
6.      Gangguan presepsi visual seperti tidak lengkap dalam menyalin tulisan
7.      Gangguan atensi dan konsentrasi
8.      Menarik diri
9.      Kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya
10.  Keterlambatan dalam bermain
11.  Tidak disiplin
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua prinsip kerja, yaitu sebagai berikut
1.      Supportive Occupatinal Therapy, yaitu menolong penderita untuk menghilangkan dari perasaan cemas, takut, dan memotivasi penderita untuk lebih giat di dalam melakukan latihan.
2.      Fungsional Occupatinal Therapy, antara lain untuk pengaturan posisi (bagi anak Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan kerja, meningkatkan motorik kasar (Gross Motor) maupun motorik halus (Fine Motor)  serta meningkatan konsentrasi dan koodinasi gerak maupun sikap.
2.1.1 Kapan Terapi Okupasi Dilakukan / Dimulai?
Sebaiknya terapi okupasi dilakukan sedini mungkin sejak penderita dirujuk oleh dokter. Sebelum penderita mulai latihan, perlu diberikan evaluasi awal dengan dilakukan observasi dan tes sederhana. Dalam evaluasi awal ini, hal yang harus diperhatikan catatan medik dari dokter, macam kecatatan (cerebral palsy/ retradasi mental), berat ringannya kecacatan, kecerdasan, kebutuhan dari penderita itu sendiri dan hal- hal yang harus dijauhi atau dihindarkan untuk segi keamanan penderita. (Nasir&Muhith,2011:261)
Evaluasi awal ini sangat berguna untuk menentukan aktivitas yang akan diberikan, agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penderita itu sendiri. Aktivitas yang diberikan dibagian terapi okupasi adalah sebagai berikut.
1.      Aktivitas kehidupan sehari- hari atau ADL. Aktivitas ini diberikan agar penderita dapat mandiri tanpa tergantung orang lain.
2.      Aktivitas bermain. Bermain ini diharapkan dapat memperbaiki konsentarasi, koordinasi, motorik serta menumbuhkan bakat, hobi, minat, serta kesenangan.
3.      Seni dan hasta karya. Untuk memberikan kesemapatan pada penderita dalam mencapai suatu hasil yang maksimal, yang mengandung unsur- unsur kedewasaan dan kerumah tangga yang disesuaikan dengan kapasitas penderita.
Terapis didalam memberikan suatu latihan harus bersikap sabar, ramah, dan dituntut untuk kreatif, selain itu, tidak kalah pentingnya juga peran serta orang tua atau keluarga dalam proses latihan. Pada hal ini diharapkan terapis dapat memberikan masukan – masukan kepada orang tua atau keluarga untuk berlatih dirumah.
2.1.2 Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Medis
Terapi okupasi adalah sualtu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan kemampuan, serta mempermudah beajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Selain itu,juga untuk meningkatakan produktifitas, mengurangi dan atau memerbaiki ketidaknormalan (kecatatan) serta memelihara atau meningkatkan derajat kesehatan. Terapi okupasi lebih dititikberatkan pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga dia mampu mengatasi masalah- masalah yang diharapkannya. (Nasir&Muhith,2011)
Terapi okupasi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media. Tugas pekerjaan atau kegiatan uang dipilihkan berdasarkan pemilihan terapis disesuaikan dengan tujuan terapis itu sendiri. Jadi. Bukan hanya sekedar kegiatan yang membuat seseorang sibuk. Tujuan utama terapi okupasi adalah membentuk seseorang agar mampu berdiri sediri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan orang lain. Rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri atas usaha medis, sosial, edukasional dan vokasional, untuk melatuh kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional pada tarafsetinggi mungkin. Sementara itu, rehabilitasi medis adalah usaha- usaha yang dilakukan secara medis khususnya untuk mengurangi invaliditas atau mencegah memburuknya invaliditas yang ada.
2.1.3 Fungsi Dan Tujuan Terapi Okupasi
Terapi okupasi adalah terapan medis yang terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas sebagai medis terapi dalam rangka memulihkan kembali funsi seseorang ssehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktivitas tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncakan dan disesuaikan dengan tujuan terapi. (Nasir&Muhith,2011) Pasien yang di kirimkan oleh dokter,untuk  mendapatkan terapi okupasi adalah dengan maksud sebagai berikut.
1.      Terapi khusus untuk pasien mental atau jiwa.
a.       Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
b.      Membantu dalam melampiaskan gerakan –gerakan emosi secara wajar dan produktif
c.       Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya
d.      Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan  terapi lainnya.
2.      Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik,meningkatkan ruaang gerak sendi,kekuatan otot,dan koordinasi gerakan.
3.      Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan,berpakaian,belajar menggunakan fasilitas umum (telepon,televisi dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu,mandi yang bersih, dan lain-lain
4.      Membantu pasien untuk menyusaikan diri dengan pekerjaan rutin dirumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5.      Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada
6.      Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-cocational training. Berdasarkan aktivitas ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lainnya dari pasien dalam mengarahkannya pada pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja
7.      Membantu penderita menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna
8.      Mengarahkan minat dan  hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.
Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan medis untuk tujuan rehabilitasi total seorang pasien  melalui kerja sama dengan petugas lain di rumah sakit. Dalam pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping dengan terapi lainnya sehingga dibutuhkan adanya kerja sama yang terkoordinir dan terpadu.
2.1.4 Peranan Terapi Okupasi Atau Pekerjaan Dalam Pengobatan
Aktivitas dipercaya sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba ketrampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental. (Nasir&Muhith,2011)
Aktivitas dalam terapi okupasi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien saat mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam terapi okupasi tidak untuk menyembukan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah penyelasaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan tersebut terapi dapat mengarahkan pasien dan pasien dapat belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Aktivitas yang dilakukan meliputi aktivitas yang digunakan dalam terapi akupulasi dimana sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan, ketrampilan, minat, dan kreativitasnya). Adapun hal-hal yang mempengaruhi aktivitas dalam terapi okupasi antara lain sebagai berikut.
1.      Jenis
Jenis aktivitas dalam terapi okupulasi adalah sebagai berikut:
-          Latihan gerak badan
-          0laraga
-          Permainan
-          Kerajinan tangan
-          Kesehatan, kebersihan, dan kerapian pribadi
-          Pekerjaan sehari-hari
-          Praktik pre-vokasional
-          Seni (tari, music, lukis, drama, dan lain-lain)
-          Rekreasi
-          Diskusi dengan topik tertentu
2.      Karakteristik Aktivitas
Aktivitas dalam terapi okupasi adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukkan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kekuasan emosional maupun fisik. Oleh karena itu, setiao aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas
-          Mempunyai arti tertentu bagi pasien
-          Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut
-          Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal
-          Dapat mencegah beratnya kecacatan atau kondisi pasien
-          Harus dapat memberi dorongan agar pasien mau berlatih lebih giat
-          Harus sesuai dengan minat
-          Harus dapat dimodifikasi

Factor yang perlu diperhatiakn dalam memilih aktivitas adalah sebagai berikut:
-          Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol
-          Apakah aktivitas rumit atau tidak
-          Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
-          Cara pemberian instruksi bagaimana
-          Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
-          Apakah perlu pasien membuat keputusan
-          Apakah perlu konsentrasi
-          Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan
-          Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
-          Berapa lama dapat diselesaikan
-          Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan dan ketrampilan pasien
3.      Analisis aktivitas
Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisis terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisis sebagai berikut :
a.       Jenis aktivitas
b.      Maksud dan tujuan penggunaan altivitas tersebut
c.       Bahan yang digunakan:
-          Khusus atau tidak
-          Karakteristik bahan :
1.      Mudah ditekuk atau tidak
2.      Mudah dikontrol atau tidak
3.      Menimbulkan kekotoran atau tidak
4.      Licin atau tidak
-          Rangsangan yang dapat ditimbulkan:
1.      Taktil
2.      Pendengaran
3.      Pembauan
4.      Penglihatan
5.      Perabaan
6.      Gerakan sendi
-          Warna
-          Macam-macamnya dan namanya
-          Banyaknya
d.      Bagian-bagian aktivitas
-          Banyaknya bagian
-          Rumit atau sderhana
-          Apakah membutuhkan penggulangan
-          Apakah membutuhkan perhitungan matematika
e.       Persiapan pelaksanaan ;
-          Apakah harus dipersiapkan terlebih dahuli
-          Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan
-          Apakah bahan telah tersedia atau harus dicari terlebih dahulu
-          Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur
f.       Pelaksanaan, pakah dalam pelaksaan tugas ini perlu adanya:
-          Konsentrasi
-          Ketangkasan
-          Rasa social diantara pasien
-          Kemampuan mengatasi masalah
-          Kemampuan bekerja sendiri
-          Toleransi terhadap frustasi
-          Kemampuan mengikuti instruksi
-          Kemampuan membuat keputusan
g.      Apakah altivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi diantara mereka
h.      Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan, inisiatif, penilaian, ingatan, komprehensi
i.        Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas, pelampiasan emosi
j.        Apakah ada kontra imdikasi untuk pasien tertentu
k.      Hal yang penting lagi adalah apakah disukai oleh pasien.

2.1.5 Indikasi Terapi Okupasi
1.      Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan psikososialnya
2.      Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang lain
3.      Tingkah laku tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau kebutuhan yang primitif
4.      Ketidakmampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsangan tersebut tidak wajar
5.      Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang mengalami kemunduran
6.      Mereka yang merasa lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktivitas darpada dengan percakapan
7.      Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktikannya daripada dengan membayangkannya
8.      Pasien cacat tubuh yang mengalami ganggguan dalam kepribadiannya.
2.1.6 Proses Terapi Okupasi
1.      Koleksi Data
Data biasanya didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika dengan mengdakan wawancara dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlansgung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan.
2.      Analisa Data Dan Identifikasi Masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik kesimpulan sementara tentang masalah dan kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri.
3.      Penentuan Tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai dengan prioritas, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4.      Penentuan Aktivitas
Setelh tujuan terapi diterapkan, maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai tujuan terapi. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaanya.
5.       Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang didapatkan dapat dipergunakan untuk merencanakan hal-hal mengenai penyesuaian jenis aktivitas yang akan diberikan. Hal-hal yang perlu dievaluasi:
a.       Kemampuan membuat keputusan
b.      Tingkah laku selama bekerja
c.       Kesadaran adanya orang lain yang bekerjasama yang mempunyai kebutuhan sendiri
d.      Kerjasama
e.       Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas)
f.       Inisiatif dan tanggung jawab
g.      Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h.      Menyatakan perasaan tanpa agresi
i.        Kompetisi tanpa permusuhan
j.        Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
k.      Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab atas pendapatnya tersebut
l.        Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
m.    Wajar dalam penampilan
n.      Orientasi tempat, waktu, situasi dan orang lain
o.      Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya
p.      Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
q.      Kerapian bekerja
r.        Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
s.       Toleransi terhadap frustasi
t.        Lambat atau cepat
2.1.7 Pelaksanaan
1.      Metode
Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dll.
a.       Metode individual dilakukan untuk:
1.      Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien
2.      Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelncaran suatu kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok tersebut
3.      Pasien yang sedang menjalani pelitahan kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b.      Metode kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan maslah atau hamper bersamaan atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatas baik secara individual maupun kelompok, terapis harus mempersiapkan terlebih dahalu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan tersebut. Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan, sehingga mereka lebih mengerti dan berusha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi
2.      Waktu
Okupasiterapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu mamupun kelompok setiap hari, 2x atau 3x seminggu tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas dan sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu ½ -1 jam untuk menyelesaikan kegitan-kegiatan dan 1-1 ½ jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersbut kearah yang sesuai tujuan terapi

3.      Terminasi
Keikutsertaan seseorang pasien dalam kegiatan Okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien:
1.      Dianggap telah mampu mengatasi persoalannya
2.      Dianggap tidak berkembang lagi
3.      Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi. 
2.2 Terapi Rehabilitasi
Terapi rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri dari usaha medik, sosial, edukasional, dan vokasional untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional. (Nasir&Muhith,2011)
Rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan terutama untuk mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Unit psikiatri MRC memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit, dimana ada kemiskinan sosial (misalnya keadaan sekeliling yang menjemukan, staff tidak aktif, hanya memiliki sedikit pakaian pribadi, kenyamanan pasien kurang diperhatikan), pasien secara klinik sangat buruk. Lebih lama mereka berada dalam keadaan seperti itu di rumah sakit akan semakin parah gejalanya.
Sewaktu rangsangan dari luar ditingkatkan dengan berbagai aktivitas yang positif dan menarik, kontak dengan dunia luar melalui surat, kunjungan dan tamasya, maka pembatasan diredam dan kebebasan terpacu sehingga terlihat penurunan bermakna dalam penarikan sosial dan gejala negative zkizofrenia. Faktor utama yang bertanggung jawab atas terjadinya penyakit yang menahun adalah banyaknya waktu pasien berada di rumah sakit tanpa berbuat sesuatu apapun.
Terapi kerja dan terapi industri memainkan peranan kunci dalam memberikan rangsangan dan aktivitas, walaupun begitu, rangsangan yang berlebihan (emosi diekspresikan tinggi) bisa memberikan efek yang merugikan bagi pasien zkizofrenia. psikolog dan teori psikologi berperan dalam rehabilitasi.
pasien zkizofrenia dan pasien menahun lain tidak berfungsi atau akan menjadi tidak bersungsi secara sosial serta berespon terhadap latihan perilaku intensif dan keterampilan sosial sederhana. Program dan teknik seperti ini dilakukan setiap hari pada kebanyakan rumah sakit jiwa. Ada banyak rumah sakit yang mempunyai berbagai macam rehabilitasi. Disamping ada departemen terapi kerja, dan terapi industry, ada juga bengkel kerja, dapur, rumah tinggal keci, dan hostel didalam dan diluar rumah sakit digunakan untuk latihan dalam keterampilan sosial agar secara bertahap pemerintah dapat bekerja sendiri. Semua latihan ini melibatkan suatu pendekatan tim yang dapat terdiri atas dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, dan ahli terapi kerja. Tim ini bekerja sebagai penasehat dan pembimbing pasien.
Banyak pemerintah daerah yang menyediakan pekerja sosial atau perawat yang dapat dipanggil, tetapi hanya sedikit yang menyediakan tempat tinggal atau perawatan siang hari, walaupun sudah pernah dicoba untuk bekerja sama dengan instansi kesehatan yang berwenang. Undang-Undang Sosial memperluas tanggung jawab pelayanan kesehatan mental masyarakat pada departemen sosial sehingga ada peningkatan rumah sakit yang menampung pasien jiwa serta perkumpulan sosial yang memperhatikan mereka yang tinggal sendirian. Pekerja sosial, terutama yang memiliki pengalaman psikiatri, mampu menilai serta membantu masalah emosi, sosial dan keluarga pasien, serta memberikan nasihat tentang pelayanan yang tersedia untuk membantu pasien dan keluarganya.
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan mengubah perilakunya menjadi lebih baik adalah sebagai beikut:
1.      Model Terapi Moral: Model terapi ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas ditempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama.
2.      Model Terapi Sosial: Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang kea rah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hamper selalu terlibat dalam tindakan asocial termasuk tindakan criminal. Praktinya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok. Tujuannya adalah melatih pertanggungjawaban sosial setiap individu sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung jawab bersama-sama.
3.      Model Terapi Psikologis: model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis. Model terapi ini mengutamakan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya dapat dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi, maupun dalam terapi pribadi.
4.      Model Terapi Budaya: model ini menyatakan bahwa prilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial, atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan, dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”. Dasar pemikirannya adalah bahwa praktik penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.










BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Terapi Okupasi adalah suatu upaya terapi yang melibatkan penggunaan aktivitas terapeutik dan diterapkan kepada pasien dengan gangguan fisik maupun mental dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, mencegah kecacatan baru serta meningkatkan taraf kesehatan.
Terapi rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri dari usaha medik, sosial, edukasional, dan vokasional untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional.
3.2 Saran
Sebagai perawat disamping memberikan perawatan atau pengobatan sesuai intruksi, harus mengutamakan komunikasi terapeutik atau aktivtas terapeutik guna menimbulkan rasa nyaman, dan saling percaya pada klien.





Daftar Pustaka
Nasir,A ,Muhith,A. 2011. Dasar Dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar Dan Teori. Jakarta : Salemba Medika

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER

MAKALAH PEMBERIAN INJEKSI INSULIN LENGKAP

PEMBERIAN INJEKSI INSULIN SEMESTER 4 Oleh : Bayu Desicha Fahmi                         (201602008) Riska Oktavia Cahyani  ...